Kemerdekaan

Posted by Unknown Monday, September 30, 2013 1 comments
Ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya,"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kamu, dan jadikan oleh-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepada kamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain." (QS. Al-Maidah(5):20).
Kemerdekaan adalah anugerah Allah kepada setiap pribadi. Ketika salah seorang anak Gubernur Mesir menampar seorang rakyat jelata yang kemudian pergi mengadu kepada Umar bin Khatab, sang khalifah  itu mengencam gubernurnya sambil berkata "sejak kapan kalian memperbudak manusia, pada hal ibu mereka melahirkan mereka sebagai orang-orang merdeka."
Kemerdekaan bagi seseorang atau satu bangsa adalah kepemilikan wewenang dan kemampuan pengaturan, terhadap diri sebagai individu dan terhadap kelompok sebagai kesatuan masyarakat bangsa. Tapi bukan hanya itu! Abu Daud meriwayatkan sabda Nabi SAW yang melukiskan seorang merdeka sebagai "Siapa yang memiliki rumah, dan pembantu". Tentu saja makna kata 'pembantu' harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Kini ia dapat berarti alat-alat yang membantu/mempermudah seseorang memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian kemerdekaan bukan sekedar wewenang dan kemampuan pengaturan, tetapi juga kesejahteraan hidup. Kemerdekaan sering dipersamakan dengan kebebasan, yakni kebebasan dari penjajahan lahir dan batin, bukan kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak mustahil bagi manusia, karena ini berarti mengingkari hukum, tujuan, keinginan atau ide. Itu mustahil karena keadaan demikian, menjadikan manusia keluar dari hakikat kemanusiannya. Mereka yang menghendaki kehidupan sebebas mungkin, dan melepaskan diri dari ikatan apa pun, pasti hidupnya pun dilandasi oleh keyakinan/ide tertentu. Usahanya itu menunjukkan bahwa ia pada hakikatnya, suka atau tidak suka, menerima wewenang pengaturan yang bersumber dari keyakinan atau ide yang ada dalam benaknya. Ini berarti ia tidak bebas secara mutlak. Ia dimiliki/diatur oleh sesuatu. Karena itulah maka kebebasan mutlak tak mungkin wujud, dengan kata lain harus ada pembatasan antara lain hukum yang perlu dipatuhi. Apalagi manusia adalah makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan pihak lain. Memang semakin sedikit kebutuhan kepada pihak lain, perorangan atau kelompok, semakin tinggi kualitas kemerdekaan.
Pribadi merdeka menurut Al-Ghazali adalah yang tidak membutuhkan kecuali Allah, dan dalam saat yang sama dia menguasai kerajaannya yakni 'bala tentara dan rakyat' yang dimilikinya tunduk dan taat kepadanya. Kerajaan setiap individu adalah kalbu dan wadah kalbunya. Bala tentaranya adalah syahwat, amarah dan nafsunya. Rakyatnya adalah lidah, mata,tangan, dan seluruh anggota badannya. Bila semua itu tidak dikuasai dan tidak menguasainya, menaatinya dan bukan dia taat kepadanya, maka ketika itu ia telah mencapai tingkat kemerdekaan di alamnya.
Ketika salah seorang penguasa berkata kepada seorang arif, "Mintalah apa yang engkau butuhkan." Sang arif menjawab,"Apakah kepadaku engkau berkata demikian, pada hal aku mempunyai dua orang hamba yang keduanya adalah tuanmu?" "Siapa mereka?" tanya sang penguasa."Mereka adalah ketamakam dan hawa nafsu. Keduanya telah kukalahkan namun keduanya mengalahkanmu, keduanya pula telah kukuasai tetapi keduanya menguasaimu."
Demikan juga lebih kurang halnya dengan satu bangsa. Ia harus mandiri, menguasai, dan mengatur wilayahnya, serta tidak memiliki banyak ketergantungan kepada selainnya. Masyarakatnya pun tunduk pada hukum dan peraturan. Itulah makna kemerdekaan sejati.

  Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Kerendahan Hati

Posted by Unknown Saturday, September 14, 2013 2 comments
Kerendahan hati ialah sifat yang dapat membebaskan seorang dari ikatan kedudukan atau martabat yang tinggi, dan membawanya ke tingkat yang sejajar dengan orang lain. Kerendahan hati ialah anggapan seseorang bahwa dirinya tidak ada kelebihannya, dibanding dengan yang lain karena kedudukan yang ada padanya. Abu Zaid berkata: bila seseorang masih beranggapan, ada manusia lain yang lebih buruk daripadanya, maka ia adalah orang yang sombong. Ketika ditanya, bilakah seorang itu dapat dinilai sebagai orang yang rendah hati? Maka jawabnya:"Kalau ia sudah tidak lagi memandang tinggi ucapan dan kedudukannya".
Al Hikam mengatakan:"Bukanlah sekali-kali orang-orang rendah hati itu, yang menilai bahwa dirinya telah berbuat sesuatu melebihi yang lain, tapi rendah hati itu, yang beranggapan, bahwa apa yang dikerjakan olehnya itu masih serba kurang". Dan rendah hati itu, adakalanya, karena kesadaran dan keinsafan yang tumbuh dalam hati seseorang. Maka dengan hati nuraninya melihat dengan nyatanya akan keagungan dan kebesaran Tuhannya. Itulah sifat rendah yang hakiki, dan tiada yang mengatasi. Adakalanya pula, karena keinsafan seseorang akan kelemahan dan keapesan dirinya; yang pertama dapat memadamkan gejolak nafsu yang angkara murka dan menghapus egoisme, serta menjebol habis rasa bangga dan sombong dari hati seseorang, sedangkan yang kedua akan membawa seorang ke tingkat derajat yang mulia dan terpuji.
Dan kerendahan hati Nabi Muhammad SAW adalah teladan tertinggi dan sempurna, yang patut dicontoh dan diikuti. Albukhary meriwayatkan dari Umar bin Khattab, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:"Janganlah kalian memuji dan memujaku berlebih-lebihan seperti orang Nasrani berbuat terhadap Isa putra Maryam. Aku ini adalah hamba juga, maka katakanlah kepadaku, hamba Allah dan rasulnya". Bahwa Nabi Muhammad sebagai hamba dan Rasulullah itu, bukan berarti adanya persamaan beliau dengan yang lain dalam pengabdian dan darma baktinya kepada Tuhan, Sekali-kali bukan demikian. Karena beliau dalam hal ini, manusia yang paling sempurna dan itulah pula hakikat dari pada kesempurnaan insani.
Tatkala Allah menawarkan pilihan kepada Nabi Muhammad SAW apakah beliau ingin sebagai hamba dan nabinya, atau sebagai nabi dan raja (seperti Sulaiman) maka beliau memilih yang pertama, justru karena kerendahan hatinya. tentang ini, Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW dan tak lama turun malaikat yang sejak dijadikan Allah belum pernah turun ke bumi. Kemudian malaikat tadi berkata kepada Rasulullah:"Ya Muhammad, Tuhanmu mengutusku untuk menyampaikan pilihan kepadamu apakah engkau ingin dijadikan raja, ataukah hamba dan rasulnya, maka Nabi SAW menjawab tegas:"Aku adalah hamba dan rasul-Nya".
Contoh dari kerendahan hati Rasulullah, An Nasa'y meriwayatkan, Nabi SAW tidak segan-segan berjalan bersama janda tua atau orang miskin untuk menolongnya, menyampaikan keperluan dan hajatnya. Nabi SAW bila datang menjenguk orang sakit, duduk di dekat kepalanya menghibur hatinya, bertanya dengan lemah lembut dan kadang-kadang meletakkan tangannya di tempat yang terasa sakit, sambil berdoa: "Mudah-mudahan Allah lekas menyembuhkannya". Dalam riwayat yang lain, Anas berkata: Rasulullah SAW adalah yang paling dicintai oleh sahabatnya. Namun bila mereka melihatnya datang tidak satu pun yang bangun berdiri, karena yang demikian itu tidak disukai olehnya. Itu tidak lain karena kerendahan hati beliau dalam pergaulan bersama. Sedangkan berdiri tegak dengan khusyuknya hanya untuk Tuhan Rabbul 'Aalamin.
Imam Ahmad at Tirmidz dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW bersabda:"Seandainya aku diberi oleh seseorang kaki kambing, aku akan menerimanya, atau aku diundang untuk memakannya, aku pun tidak menolak". Dalam rumah tangga kerendahan hati Rasulullah pun terlihat, Aisyah istrinya berkata: Dalam rumah tangga Rasulullah SAW seperti manusia lainnya, beliau menjahit atau menambal bajunya sendiri. Memeras susu kambingnya dan menyiapkan sendiri segala apa yang diperlukan sampai-sampai memperbaiki sandalnya yang rusak. Hadist ini dengan jelas menunjukkan betapa kerendahan hati beliau, sekaligus mencerminkan pandangan terhadap kemewahan hidup yang baginya pribadi dinilainya sangat remeh dan sepele. Apa yang di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih abadi. Nabi tidak suka dipuji dan puja secara berlebih-lebihan yang bisa membawa kepada kesesatan seperti halnya orang-orang Nasrani terhadap Isa Bin Maryam. Nabi SAW selalu menyampaikan hajat dan keperluan siapa saja yang datang kepadanya baik laki-laki maupun perempuan. Serta memegang teguh rahasia  orang yang datang mengadukan kepada ihwalnya dan mencurahkan semua isi hatinya, di samping beliau sendiri menyembunyikan dan tidak pernah mengadukan kepada sahabat penderitaan, kekurangan, atau kebutuhan hidup diri dan keluarganya, sehingga menggadaikan kepada seorang Yahudi karena utang tiga puluh liter beras merah untuk keperluan rumah tangga.

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Shalawat

Posted by Unknown Friday, September 13, 2013 1 comments
Di antara kiat sukses adalah mengikuti dan meniru cara yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah sukses. Dengan begitu, Insya Allah kesuksesan juga akan bisa kita raih. Dalam hal shalawat, tidak tanggung -tanggung, yang kita contoh adalah Allah SWT dan para malaikat-Nya. (QS. Al-Ahzab (33):56).
Subhanallah, Jika kita mau bershalawat untuk Nabi SAW, maka kita telah meniru apa yang dilakukan Allah dan malaikat-Nya. Inilah pesona shalawat. Kesuksesan apa yang akan kita raih?
Allah yang Maha Kuasa, yang di tangan-Nya segala kesuksesan, keselamatan, kemuliaan, kehormatan, telah memerintahkan kita selaku hamba-Nya untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yakni manusia yang paling dicintai-Nya. Dan, masya Allah, Allah melakukan hal itu; bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Tabarakallah. Mahasuci Allah yang telah meninggikan nama Nabi Muhammad, sehingga tidak disebut La ilahaillallah, tanpa Muhammad Rasulullah. Allah "menyejajarkan","menyandingkan" nama-Nya yang Mahaagung dan Mahamulia, dengan nama Nabi Muhammad di dalam kalimat tauhid, kalimat syahadat.
Masya Allah, ingin menangis rasanya. Ya Rasulullah, izinkan kami (umatmu ini) bershalawat untukmu."Allahumma shalli wa sallim wa barik'ala Sayyidina Muhammad wa'alaalihi wa dzurriyyatihi, wa ashhabihi wa ummatihi."
Silahkan, mau pakai Sayidina, boleh. Nggak pakai, juga boleh. Tapi, sebaiknya pakai Sayyidina, sebagai bentuk penghormatan kita untuk membedakan menyebut namanya dengan manusia lain.
Sungguh, jika mau segala kemudahan dan kesuksesan, perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah SAW. Semakin rutin dan banyak jumlahnya, maka akan semakin baik. Dengan begitu, shalawat akan menjadi salah satu pakaian amal kita sehari-hari.
Banyak itu kira-kira minimal 100 kali dalam sehari. Kalau masalah yang dihadapi lagi berat, dan kebutuhan banyak, maka perbanyaklah lagi bershalawat. Kalau perlu hingga 1.000 kali dalam sehari atau lebih.
Jika yang demikian itu rutin kita lakukan, sering kita baca, misalnya 40 hari atau 100 hari tanpa putus, Insya Allah, segala kemudahan akan menyertai kita, Cobalah, Saudara tidak akan rugi.
Jika sudah merasa ada kemajuan, maka teruskanlah bershalawat dalam setiap kesempatan. Dan jika belum, teruslah mencoba dengan sepenuh keyakinan dalam menjalankan amalan yang juga dilakukan Allah dan malaikat-Nya ini.
Insya Allah, Saudara akan merasakan manfaatnya. Apalagi, jika kita juga melakukan amal-amal saleh dari amalan-amalan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW, niscaya shalawat itu akan lebih bermakna dan bertenaga.
Shalawat paling pendek, Shallallahu 'ala Muhammad. Dan di antara shalawat yang paling keren adalah shalawat yang dipakai dalam tahiyyat akhir saat shalat, yakni Shalawat Ibrahimiyyah.
Di situ, kita juga menyebut Nabi Ibrahim AS, sang kekasih Allah. Semoga kita yang hina ini, selalu di izinkan Allah SWT untuk beramal dengan amalan-Nya, yakni bershalawat. Amin..


Semoga Bermanfaat
  

Baca Selengkapnya ....

Sikap Rasulullah SAW

Posted by Unknown Thursday, September 12, 2013 1 comments
Dalam sejarahnya, Rasulullah SAW diceritakan memiliki kedekatan hubungan dengan fakir miskin, termasuk anak-anak yatim. Bahkan, ketika masuk sebuah pertemuan, Rasulullah SAW memilih duduk dalam kelompok orang-orang miskn.
Rasulullah bersabda,"Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah akan mendandani atau menghiasinya pada hari kiamat. Allah mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barang siapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga."
Suatu ketika, pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW seperti biasanya berkunjung ke rumah-rumah warga. Dalam kunjunganya itu, beliau melihat semua orang bahagia. Anak-anak bermain dengan mengenakan pakaian hari raya. Namun, tiba-tiba pandangan Rasulullah SAW tertuju pada seorang anak kecil yang sedang duduk bersedih.
Anak kecil ini memakai pakaian yang lusuh dan penuh tambalan, serta memakai sepatu yang telah rusak. Rasulullah SAW lantas bergegas menghampirinya. Melihat kedatangan Rasulullah SAW, anak kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya di atas kepala anak kecil itu dan dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya, "Anakku, mengapa kamu menangis?Hari ini adalah hari raya bukan?"
Anak itu menjawab,"Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakan bersama orangtuanya dengan bahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah. Ia bertarung bersama Rasulullah bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?" 
Mendengar cerita itu, seketika hati Rasulullah SAW diliputi kesedihan. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala anak kecil dan berkata,"Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?"
Anak kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat dihadapannya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya dapat mengangukkan kepalanya sebagai tanda menerima tawaran Rasulullah SAW, Kemudian, anak kecil itu bergandengan tangan dengan beliau menuju ke rumah.
Sesampainya di rmah, wajah dan kedua tangan anak kecil itu lalu dibersihkan. Ia kemudian diberi pakaian yang indah dan makanan, serta uang. Lalu ia diantar keluar agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Sikap Rasulullah SAW ini menunjukkan Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial.


Semoga Bermanfaat
   

Baca Selengkapnya ....

Bersaing Sehat

Posted by Unknown Sunday, September 8, 2013 1 comments
Memenangkan persaingan dalam satu tim dengan menghalalkan segala cara akan merugikan saudara. Boleh jadi saudara memenangkan persaingan, namun saudara akan kehilangan teman. Persaingan adalah fitrah manusia, namun saat bersaing dalam tim, bersainglah dengan cara sehat dan saling melengkapi (completing).
Percayalah, setiap orang punya potensi, talenta dan kelebihan yang berbeda. Saudara akan semakin kuat, justru saat saudara mendukung rekan satu tim saudara untuk mengasuh telentanya. Bahkan, apabila rekan satu tim saudara tak tahu kelebihan yang mereka miliki sedangkan saudara tahu, maka beritahukanlah.
Bersaing dengan cara menjatuhkan rekan satu tim atau satu profesi justru akan menjatuhkan saudara. Bukan hanya itu, saudara akan kehilangan banyak teman baik. Persaingan itu perlu, tapi bersainglah secara sehat. Coba renungkan, berapa banyak rekor dunia olah raga renang yang tercipta apabila seorang perenang berenang sendirian?
Persaingan sehat itu alat untuk menilai saudara. Sebagian besar saudara mungkin sudah punya resolusi tahunan dan target bulanan. Tetapi bagaimana jika saudara ingin tahu tentang kemajuan saudara hari ini? Bagaimana saudara mengukurnya? 
Boleh jadi saudara bangga karena target saudara tercapai. Tetapi jangan-jangan target saudara yang terlalu rendah. Maka cara yang terbaik adalah membandingkan apa yang dilakukan orang lain di lini pekerjaan yang sama. Apakah saudara lebih baik, tertinggal atau rata-rata?
Persaingan sehat itu juga meningkatkan persahabatan. Salah satu contohnya Sekolah Akademi Keperawatan yang berupaya keras melahirkan perawat-perawat yang berkarakter. Para Alumni atau sesama alumni Akademi Keperawatan tentu juga bersaing. Tetapi persaingan itu malah membuat persahabatan semakin menguat, bahkan saling melengkapi satu dengan yang lain. Muncul pula kolaborasi-kolaburasi baru yang tidak terduga sebelumnya.
Saya yakin, setiap saudara pasti ingin menang dan menjadi yang terbaik di bidang yang saudara tekuni. Namun satu hal yang harus saudara pastikan, bahwa saudara memenangkan persaingan bukan dengan cara menjatuhkan dan merendahkan orang lain.
Yakinlah, bila saudara membantu anggota tim atau teman seprofesi saudara mengeluarkan talenta terbaiknya, itu akan mempercepat kemenangan saudara. Saudara menang dan punya banyak teman, nikmat kan?


     Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....