Kemerdekaan

Posted by Unknown Monday, September 30, 2013 1 comments
Ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya,"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kamu, dan jadikan oleh-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepada kamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain." (QS. Al-Maidah(5):20).
Kemerdekaan adalah anugerah Allah kepada setiap pribadi. Ketika salah seorang anak Gubernur Mesir menampar seorang rakyat jelata yang kemudian pergi mengadu kepada Umar bin Khatab, sang khalifah  itu mengencam gubernurnya sambil berkata "sejak kapan kalian memperbudak manusia, pada hal ibu mereka melahirkan mereka sebagai orang-orang merdeka."
Kemerdekaan bagi seseorang atau satu bangsa adalah kepemilikan wewenang dan kemampuan pengaturan, terhadap diri sebagai individu dan terhadap kelompok sebagai kesatuan masyarakat bangsa. Tapi bukan hanya itu! Abu Daud meriwayatkan sabda Nabi SAW yang melukiskan seorang merdeka sebagai "Siapa yang memiliki rumah, dan pembantu". Tentu saja makna kata 'pembantu' harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Kini ia dapat berarti alat-alat yang membantu/mempermudah seseorang memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian kemerdekaan bukan sekedar wewenang dan kemampuan pengaturan, tetapi juga kesejahteraan hidup. Kemerdekaan sering dipersamakan dengan kebebasan, yakni kebebasan dari penjajahan lahir dan batin, bukan kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak mustahil bagi manusia, karena ini berarti mengingkari hukum, tujuan, keinginan atau ide. Itu mustahil karena keadaan demikian, menjadikan manusia keluar dari hakikat kemanusiannya. Mereka yang menghendaki kehidupan sebebas mungkin, dan melepaskan diri dari ikatan apa pun, pasti hidupnya pun dilandasi oleh keyakinan/ide tertentu. Usahanya itu menunjukkan bahwa ia pada hakikatnya, suka atau tidak suka, menerima wewenang pengaturan yang bersumber dari keyakinan atau ide yang ada dalam benaknya. Ini berarti ia tidak bebas secara mutlak. Ia dimiliki/diatur oleh sesuatu. Karena itulah maka kebebasan mutlak tak mungkin wujud, dengan kata lain harus ada pembatasan antara lain hukum yang perlu dipatuhi. Apalagi manusia adalah makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan pihak lain. Memang semakin sedikit kebutuhan kepada pihak lain, perorangan atau kelompok, semakin tinggi kualitas kemerdekaan.
Pribadi merdeka menurut Al-Ghazali adalah yang tidak membutuhkan kecuali Allah, dan dalam saat yang sama dia menguasai kerajaannya yakni 'bala tentara dan rakyat' yang dimilikinya tunduk dan taat kepadanya. Kerajaan setiap individu adalah kalbu dan wadah kalbunya. Bala tentaranya adalah syahwat, amarah dan nafsunya. Rakyatnya adalah lidah, mata,tangan, dan seluruh anggota badannya. Bila semua itu tidak dikuasai dan tidak menguasainya, menaatinya dan bukan dia taat kepadanya, maka ketika itu ia telah mencapai tingkat kemerdekaan di alamnya.
Ketika salah seorang penguasa berkata kepada seorang arif, "Mintalah apa yang engkau butuhkan." Sang arif menjawab,"Apakah kepadaku engkau berkata demikian, pada hal aku mempunyai dua orang hamba yang keduanya adalah tuanmu?" "Siapa mereka?" tanya sang penguasa."Mereka adalah ketamakam dan hawa nafsu. Keduanya telah kukalahkan namun keduanya mengalahkanmu, keduanya pula telah kukuasai tetapi keduanya menguasaimu."
Demikan juga lebih kurang halnya dengan satu bangsa. Ia harus mandiri, menguasai, dan mengatur wilayahnya, serta tidak memiliki banyak ketergantungan kepada selainnya. Masyarakatnya pun tunduk pada hukum dan peraturan. Itulah makna kemerdekaan sejati.

  Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Kerendahan Hati

Posted by Unknown Saturday, September 14, 2013 2 comments
Kerendahan hati ialah sifat yang dapat membebaskan seorang dari ikatan kedudukan atau martabat yang tinggi, dan membawanya ke tingkat yang sejajar dengan orang lain. Kerendahan hati ialah anggapan seseorang bahwa dirinya tidak ada kelebihannya, dibanding dengan yang lain karena kedudukan yang ada padanya. Abu Zaid berkata: bila seseorang masih beranggapan, ada manusia lain yang lebih buruk daripadanya, maka ia adalah orang yang sombong. Ketika ditanya, bilakah seorang itu dapat dinilai sebagai orang yang rendah hati? Maka jawabnya:"Kalau ia sudah tidak lagi memandang tinggi ucapan dan kedudukannya".
Al Hikam mengatakan:"Bukanlah sekali-kali orang-orang rendah hati itu, yang menilai bahwa dirinya telah berbuat sesuatu melebihi yang lain, tapi rendah hati itu, yang beranggapan, bahwa apa yang dikerjakan olehnya itu masih serba kurang". Dan rendah hati itu, adakalanya, karena kesadaran dan keinsafan yang tumbuh dalam hati seseorang. Maka dengan hati nuraninya melihat dengan nyatanya akan keagungan dan kebesaran Tuhannya. Itulah sifat rendah yang hakiki, dan tiada yang mengatasi. Adakalanya pula, karena keinsafan seseorang akan kelemahan dan keapesan dirinya; yang pertama dapat memadamkan gejolak nafsu yang angkara murka dan menghapus egoisme, serta menjebol habis rasa bangga dan sombong dari hati seseorang, sedangkan yang kedua akan membawa seorang ke tingkat derajat yang mulia dan terpuji.
Dan kerendahan hati Nabi Muhammad SAW adalah teladan tertinggi dan sempurna, yang patut dicontoh dan diikuti. Albukhary meriwayatkan dari Umar bin Khattab, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:"Janganlah kalian memuji dan memujaku berlebih-lebihan seperti orang Nasrani berbuat terhadap Isa putra Maryam. Aku ini adalah hamba juga, maka katakanlah kepadaku, hamba Allah dan rasulnya". Bahwa Nabi Muhammad sebagai hamba dan Rasulullah itu, bukan berarti adanya persamaan beliau dengan yang lain dalam pengabdian dan darma baktinya kepada Tuhan, Sekali-kali bukan demikian. Karena beliau dalam hal ini, manusia yang paling sempurna dan itulah pula hakikat dari pada kesempurnaan insani.
Tatkala Allah menawarkan pilihan kepada Nabi Muhammad SAW apakah beliau ingin sebagai hamba dan nabinya, atau sebagai nabi dan raja (seperti Sulaiman) maka beliau memilih yang pertama, justru karena kerendahan hatinya. tentang ini, Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW dan tak lama turun malaikat yang sejak dijadikan Allah belum pernah turun ke bumi. Kemudian malaikat tadi berkata kepada Rasulullah:"Ya Muhammad, Tuhanmu mengutusku untuk menyampaikan pilihan kepadamu apakah engkau ingin dijadikan raja, ataukah hamba dan rasulnya, maka Nabi SAW menjawab tegas:"Aku adalah hamba dan rasul-Nya".
Contoh dari kerendahan hati Rasulullah, An Nasa'y meriwayatkan, Nabi SAW tidak segan-segan berjalan bersama janda tua atau orang miskin untuk menolongnya, menyampaikan keperluan dan hajatnya. Nabi SAW bila datang menjenguk orang sakit, duduk di dekat kepalanya menghibur hatinya, bertanya dengan lemah lembut dan kadang-kadang meletakkan tangannya di tempat yang terasa sakit, sambil berdoa: "Mudah-mudahan Allah lekas menyembuhkannya". Dalam riwayat yang lain, Anas berkata: Rasulullah SAW adalah yang paling dicintai oleh sahabatnya. Namun bila mereka melihatnya datang tidak satu pun yang bangun berdiri, karena yang demikian itu tidak disukai olehnya. Itu tidak lain karena kerendahan hati beliau dalam pergaulan bersama. Sedangkan berdiri tegak dengan khusyuknya hanya untuk Tuhan Rabbul 'Aalamin.
Imam Ahmad at Tirmidz dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW bersabda:"Seandainya aku diberi oleh seseorang kaki kambing, aku akan menerimanya, atau aku diundang untuk memakannya, aku pun tidak menolak". Dalam rumah tangga kerendahan hati Rasulullah pun terlihat, Aisyah istrinya berkata: Dalam rumah tangga Rasulullah SAW seperti manusia lainnya, beliau menjahit atau menambal bajunya sendiri. Memeras susu kambingnya dan menyiapkan sendiri segala apa yang diperlukan sampai-sampai memperbaiki sandalnya yang rusak. Hadist ini dengan jelas menunjukkan betapa kerendahan hati beliau, sekaligus mencerminkan pandangan terhadap kemewahan hidup yang baginya pribadi dinilainya sangat remeh dan sepele. Apa yang di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih abadi. Nabi tidak suka dipuji dan puja secara berlebih-lebihan yang bisa membawa kepada kesesatan seperti halnya orang-orang Nasrani terhadap Isa Bin Maryam. Nabi SAW selalu menyampaikan hajat dan keperluan siapa saja yang datang kepadanya baik laki-laki maupun perempuan. Serta memegang teguh rahasia  orang yang datang mengadukan kepada ihwalnya dan mencurahkan semua isi hatinya, di samping beliau sendiri menyembunyikan dan tidak pernah mengadukan kepada sahabat penderitaan, kekurangan, atau kebutuhan hidup diri dan keluarganya, sehingga menggadaikan kepada seorang Yahudi karena utang tiga puluh liter beras merah untuk keperluan rumah tangga.

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Shalawat

Posted by Unknown Friday, September 13, 2013 1 comments
Di antara kiat sukses adalah mengikuti dan meniru cara yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah sukses. Dengan begitu, Insya Allah kesuksesan juga akan bisa kita raih. Dalam hal shalawat, tidak tanggung -tanggung, yang kita contoh adalah Allah SWT dan para malaikat-Nya. (QS. Al-Ahzab (33):56).
Subhanallah, Jika kita mau bershalawat untuk Nabi SAW, maka kita telah meniru apa yang dilakukan Allah dan malaikat-Nya. Inilah pesona shalawat. Kesuksesan apa yang akan kita raih?
Allah yang Maha Kuasa, yang di tangan-Nya segala kesuksesan, keselamatan, kemuliaan, kehormatan, telah memerintahkan kita selaku hamba-Nya untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yakni manusia yang paling dicintai-Nya. Dan, masya Allah, Allah melakukan hal itu; bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Tabarakallah. Mahasuci Allah yang telah meninggikan nama Nabi Muhammad, sehingga tidak disebut La ilahaillallah, tanpa Muhammad Rasulullah. Allah "menyejajarkan","menyandingkan" nama-Nya yang Mahaagung dan Mahamulia, dengan nama Nabi Muhammad di dalam kalimat tauhid, kalimat syahadat.
Masya Allah, ingin menangis rasanya. Ya Rasulullah, izinkan kami (umatmu ini) bershalawat untukmu."Allahumma shalli wa sallim wa barik'ala Sayyidina Muhammad wa'alaalihi wa dzurriyyatihi, wa ashhabihi wa ummatihi."
Silahkan, mau pakai Sayidina, boleh. Nggak pakai, juga boleh. Tapi, sebaiknya pakai Sayyidina, sebagai bentuk penghormatan kita untuk membedakan menyebut namanya dengan manusia lain.
Sungguh, jika mau segala kemudahan dan kesuksesan, perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah SAW. Semakin rutin dan banyak jumlahnya, maka akan semakin baik. Dengan begitu, shalawat akan menjadi salah satu pakaian amal kita sehari-hari.
Banyak itu kira-kira minimal 100 kali dalam sehari. Kalau masalah yang dihadapi lagi berat, dan kebutuhan banyak, maka perbanyaklah lagi bershalawat. Kalau perlu hingga 1.000 kali dalam sehari atau lebih.
Jika yang demikian itu rutin kita lakukan, sering kita baca, misalnya 40 hari atau 100 hari tanpa putus, Insya Allah, segala kemudahan akan menyertai kita, Cobalah, Saudara tidak akan rugi.
Jika sudah merasa ada kemajuan, maka teruskanlah bershalawat dalam setiap kesempatan. Dan jika belum, teruslah mencoba dengan sepenuh keyakinan dalam menjalankan amalan yang juga dilakukan Allah dan malaikat-Nya ini.
Insya Allah, Saudara akan merasakan manfaatnya. Apalagi, jika kita juga melakukan amal-amal saleh dari amalan-amalan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW, niscaya shalawat itu akan lebih bermakna dan bertenaga.
Shalawat paling pendek, Shallallahu 'ala Muhammad. Dan di antara shalawat yang paling keren adalah shalawat yang dipakai dalam tahiyyat akhir saat shalat, yakni Shalawat Ibrahimiyyah.
Di situ, kita juga menyebut Nabi Ibrahim AS, sang kekasih Allah. Semoga kita yang hina ini, selalu di izinkan Allah SWT untuk beramal dengan amalan-Nya, yakni bershalawat. Amin..


Semoga Bermanfaat
  

Baca Selengkapnya ....

Sikap Rasulullah SAW

Posted by Unknown Thursday, September 12, 2013 1 comments
Dalam sejarahnya, Rasulullah SAW diceritakan memiliki kedekatan hubungan dengan fakir miskin, termasuk anak-anak yatim. Bahkan, ketika masuk sebuah pertemuan, Rasulullah SAW memilih duduk dalam kelompok orang-orang miskn.
Rasulullah bersabda,"Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah akan mendandani atau menghiasinya pada hari kiamat. Allah mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barang siapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga."
Suatu ketika, pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW seperti biasanya berkunjung ke rumah-rumah warga. Dalam kunjunganya itu, beliau melihat semua orang bahagia. Anak-anak bermain dengan mengenakan pakaian hari raya. Namun, tiba-tiba pandangan Rasulullah SAW tertuju pada seorang anak kecil yang sedang duduk bersedih.
Anak kecil ini memakai pakaian yang lusuh dan penuh tambalan, serta memakai sepatu yang telah rusak. Rasulullah SAW lantas bergegas menghampirinya. Melihat kedatangan Rasulullah SAW, anak kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya di atas kepala anak kecil itu dan dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya, "Anakku, mengapa kamu menangis?Hari ini adalah hari raya bukan?"
Anak itu menjawab,"Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakan bersama orangtuanya dengan bahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah. Ia bertarung bersama Rasulullah bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?" 
Mendengar cerita itu, seketika hati Rasulullah SAW diliputi kesedihan. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala anak kecil dan berkata,"Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?"
Anak kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat dihadapannya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya dapat mengangukkan kepalanya sebagai tanda menerima tawaran Rasulullah SAW, Kemudian, anak kecil itu bergandengan tangan dengan beliau menuju ke rumah.
Sesampainya di rmah, wajah dan kedua tangan anak kecil itu lalu dibersihkan. Ia kemudian diberi pakaian yang indah dan makanan, serta uang. Lalu ia diantar keluar agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Sikap Rasulullah SAW ini menunjukkan Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial.


Semoga Bermanfaat
   

Baca Selengkapnya ....

Bersaing Sehat

Posted by Unknown Sunday, September 8, 2013 1 comments
Memenangkan persaingan dalam satu tim dengan menghalalkan segala cara akan merugikan saudara. Boleh jadi saudara memenangkan persaingan, namun saudara akan kehilangan teman. Persaingan adalah fitrah manusia, namun saat bersaing dalam tim, bersainglah dengan cara sehat dan saling melengkapi (completing).
Percayalah, setiap orang punya potensi, talenta dan kelebihan yang berbeda. Saudara akan semakin kuat, justru saat saudara mendukung rekan satu tim saudara untuk mengasuh telentanya. Bahkan, apabila rekan satu tim saudara tak tahu kelebihan yang mereka miliki sedangkan saudara tahu, maka beritahukanlah.
Bersaing dengan cara menjatuhkan rekan satu tim atau satu profesi justru akan menjatuhkan saudara. Bukan hanya itu, saudara akan kehilangan banyak teman baik. Persaingan itu perlu, tapi bersainglah secara sehat. Coba renungkan, berapa banyak rekor dunia olah raga renang yang tercipta apabila seorang perenang berenang sendirian?
Persaingan sehat itu alat untuk menilai saudara. Sebagian besar saudara mungkin sudah punya resolusi tahunan dan target bulanan. Tetapi bagaimana jika saudara ingin tahu tentang kemajuan saudara hari ini? Bagaimana saudara mengukurnya? 
Boleh jadi saudara bangga karena target saudara tercapai. Tetapi jangan-jangan target saudara yang terlalu rendah. Maka cara yang terbaik adalah membandingkan apa yang dilakukan orang lain di lini pekerjaan yang sama. Apakah saudara lebih baik, tertinggal atau rata-rata?
Persaingan sehat itu juga meningkatkan persahabatan. Salah satu contohnya Sekolah Akademi Keperawatan yang berupaya keras melahirkan perawat-perawat yang berkarakter. Para Alumni atau sesama alumni Akademi Keperawatan tentu juga bersaing. Tetapi persaingan itu malah membuat persahabatan semakin menguat, bahkan saling melengkapi satu dengan yang lain. Muncul pula kolaborasi-kolaburasi baru yang tidak terduga sebelumnya.
Saya yakin, setiap saudara pasti ingin menang dan menjadi yang terbaik di bidang yang saudara tekuni. Namun satu hal yang harus saudara pastikan, bahwa saudara memenangkan persaingan bukan dengan cara menjatuhkan dan merendahkan orang lain.
Yakinlah, bila saudara membantu anggota tim atau teman seprofesi saudara mengeluarkan talenta terbaiknya, itu akan mempercepat kemenangan saudara. Saudara menang dan punya banyak teman, nikmat kan?


     Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Perbuatan

Posted by Unknown Thursday, September 5, 2013 1 comments
Kita tahu dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang diturunkan ke bumi untuk mengajar umat manusia, bagaimana menjadi orang yang selamat di dunia dan di akhirat. Cara mengajar Rasulullah itu, yaitu dengan keteladananyang mudah dicontoh oleh umatnya. Seandainya Rasulullah hanya memerintahkan dan menyuruh saja, pastilah umat akan kebingungan untuk mengamalkannya. Karena itu, oleh Allah kerasulan Nabi Muhammad SAW itu disempurnakan dengan sikap "Uswah Hasanah,"yaitu teladan dalam kebaikan. Karena pribadi Rasulullah adalah teladan kebaikan, maka umat tinggal meniru saja. Maka, kita semua yang beragama Islam dalam melakukan syariat agama tidak lain adalah mencontoh Rasulullah SAW. Selain keteladanan, Rasulullah disempurnakan lagi oleh Allah dengan kefasihan lisan yang dalam bicara dan menerangkan sesuatu mudah dimengerti dan jelas.

Dalam tubuh manusia paling tidak ada beberapa unsur, yaitu fikiran yang bisa dikembangkan untuk memperluas wawasan dalam membedakan yang benar dengan yang salah, yang berguna dengan yang sia-sia, serta wawasan keilmuan lainnya. Kemudian ada kalbu, untuk merasakan cinta kasih sayang sesama manusia, serta merasakan keindahan semua yang kita lihat dan kita alami di dunia ini. Rasa cinta kasih dan keindahan itulah yang bisa kita gunakan untuk menciptakan atmosfer damai dan rukun di dunia ini. Kelembutan jiwa yang dekat dengan Allah akan mudah untuk merasakan nikmat dan bahagia.

Jika yang benar dan yang indah telah menyatu, tinggal semangat untuk dipacu dalam kccenderungan jiwa untuk menuju kebaikan dan kebenaran. Inilah hidup yang bermakna dan bernilai.
Jika wawasan keindahan minus, kasih sayang dan keindahan juga minus, semangat untuk menuju kebaikan dan kebenaran sudah tidak ada, apa bedanya hidup ini dengan binatang. Sebagai makhluk yang mulia dengan akal pikiran yang sehat, setiap manusia punya tugas untuk menjaga jiwanya untuk tetap stabil agar bisa istiqomah untuk selalu menempuh jalan"Shiratul Mustaqim," yaitu jalan "Sunnah"yang dicontohkan Rasulullah.
Unsur-unsur kebaikan yang disebutkan di atas itu sebenarnya sudah terdapat dalam agama Islam yang mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk saling mencintai dengan kasih sayang yang utuh, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad,"Tidak beriman seseorang kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri."

Manusia adalah makhluk yang termulia di dunia ini. Tidak ada makhluk lain selain manusia yang punya kemampuan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti manusia. Namun capaian dan prestasi kemajuan teknologi yang hebat dan canggih, ada nilai ukuran bagi kemuliaan manusia itu, yaitu kemampuan dalam menghargai manusia dan kemanusiaan. Artinya kemajuan yang luar biasa itu tidak boleh menyakiti da merugikan manusia lain. Jika melukai hati dan merugikan manusia, maka kemajuan yang canggih itu menjadi tidak ada artinya. Melukai, merugikan, menipu dan menindas orang lain itu bentuk akhlak yang rendah yang identik dengan kebinatangan. Manusia yang bertindak kejam, berarti telah merendahkan dirinya sendiri.
Diturunkannya perintah puasa kepada umat Islam agar manusia itu bisa menjaga kemanusiaannya dengan akal yang sehatnya dan tetap hidup dengan perangai mulia sesuai dengan aturan-aturan Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dengan puasa manusia harus membersihkan dirinya dengan perangai-perangai tercela (nafsu batiniyah/kebinatangan). Puasa adalah untuk membangun kesadaran kemanusiaan yang utuh serta kesadaran kemakhlukan yang menyadari bahwa dirinya akan mulia kalau berakhlak dengan kemanusiaan serta mematuhi Dzat Maha Agung yang menciptakan langit dan bumi. Inilah derajat ketaqwaan yang dikehendaki Allah.
Untuk mengukur derajat ketaqwaan dan kemuliaan itu ialah dengan mempelajari tingkah laku/ajaran Nabi Muhammad SAW. Kalau hidup ini jauh berbeda dengan yang diteladankan Rasulullah, berarti jauh pula diri ini dari ketaqwaan dan kemuliaan. Jika seseorang berhasil melakukan apa yang dicontohkan Rasulullah berarti orang itu sudah berada dalam pangkat taqwa dan mulia.
Dengan demikian iman itu harus dibuktikan dengan perbuatan. Dalam salah satu hadist Rasulullah bersabda: Yang disebut iman itu bukan berangan-angan. Tetapi iman itu ialah sesuatu yang disimpan dalam hati dan (harus) dibuktikan dengan perbuatan.

Taqwa ialah mengutamakan berbuat yang baik dan benar, bukan hanya berkhayal-khayal yang tidak ada bukti perbuatan. Orang tidak perlu berkhayal masuk surga, tapi kalau perbuatan dan tingkah lakunya sesuai dengan ajaran dan keteladanan Rasulullah, Insya Allah akan meraup "Ridha" Allah. Islam adalah agama amal. Selembar uang yang disedekahkan kepada orang miskin tak akan hilang percuma. Uang itu nanti di akhirat akan menjemput yang menyedekahkannya dalam bentuk yang sangat indah. Insya Allah.


Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Barokah Keluarga

Posted by Unknown 1 comments
Bukan harta yang menyebabkan duka atau bahagia, tetapi jiwa kita. Bukan sempat yang menyebabkan kita mampu menjalin hubungan yang lebh erat dengan istri atau suami kita,tetapi selarasnya kondisi ruhiyah kita. Sebab sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah SAW, ruh itu seperti pasukan. Mereka akan mudah bersatu dan cenderung mendekat dengan yang serupa. Sebaliknya akan mudah berselisih, meski senyum masih mengembang di wajah mereka. Hati gelisah, jiwa resah, ketenangan tak lagi kita rasakan dan pelahan-pelahan kita mulai mengalami kehampaan jiwa. Ketika itu terjadi, banyak hal yang tak terduga yang bisa muncul. Kita bisa mencari "jalan keluar" yang justru semakin menjauhkan satu sama lain, meski masih tinggal serumah, masih sama-sama aktif di kegiatan dakwah yang sama.

Maka ada yang perlu kita perhatikan. Bukan hanya bagaimana cara berkomunikasi efektif antara suami-isteri; bukan pula semata soal bagaimana kita memberi perintah yang menggugah kepada anak-anak kita. Lebih dai itu, ada yang perlu kita periksa, adakah ruh kita saling bersesuaian satu sama lain ataukah jusru sebaliknya saling berseberangan. Boleh jadi kita bertekun-tekun dan saling melakukan kegiatan yang sama-sama penuh kebaikan, tetapi niat yang mengantarkan dan mengiringi berbeda, maka yang kita dapatkan pun akan berbeda, maka yang kita dapatkan pun akan berbeda. Sesungguhnya tiap-tiap kiata akan memperoleh sesuatu niat yang menggerakkan kita melakukan sesuatu. Sama kegiatan yang kita lakukan, beda niat yang senantiasa menyertai, akan membawa kondisi ruhiyah kita pada keadaan yang berbeda. Itu sebabnya, meski sama-sama bertekun dengan kebaikan yang sama, keduanya dapat menuju tataran ruhiyah yang berbeda atau bahkan saling berseberangan.

Sesungguhnya tiap amal atau ibadah yang kita kerjakan, meski cara sama-sama benar sesuai yang digariskan, niat melakukannya dapat termasuk :

1. Ikhlas karena Allah dan hanya berharap ridha Allah.
2. Ikhlas karena Allah, tap tujuannya dunia (syirik niat).
3. Tidak ikhlas.
    - Riya' dan tidak mencari dunia.
    - Riya' dan mengharap dunia dari amalnya.
4. Tidak karena Allah, tidak untuk akhirat, tidak pula untuk dunia.

Hanya niat ikhlas karena Allah SWT dan akhir tujuannya yang dapat menjadikan hidup kita serta keluarga kita penuh barokah.
Maka agar rumah-tangga berlimpah barokah, suami-istri perlu saling mengingatkan untuk senantiasa meluruskan niat dan menjaga amalnya dari cara-cara yang bertentangan dengan tuntunan dienul Islam.  Inilah yang perlu kita renungi. Inilah yang perlu kita telisik dalam diri kita dan keluarga kita. Jika apa yang sepatutnya kita kerjakan telah kita penuhi, jika komunikasi sudah kita jalin dengan baik, tetapi hati kita gersang meski tak ada perselisihan, maka inilah saatnya kita menelisik niat dan menjalani kehidupan rumah-tangga.

Mari kita ingat sejenak ketika Allah SWT berfirman: Katakanlah:"Sesungguhnya sholat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikan itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."(QS. Al-An'aam,6:162-163).

Tidak mungkin hidup kita-termasuk keluarga kita-hanya untuk Allah SWT jika sholat dan ibadah kita saja bukan untuk Allah SWT. Sesudahnya, kita perlu periksa rezeki yang kita dapatkan, adakah ia penuh barokah atau justru sebaliknya tak ada barokah sedikit pun di dalamnya? Atas setiap rezeki yang barokah, bertambahnya membawa kebaikan yang semakin besar dan berkurangnya tidak menciutkan kebaikan. Mungkin mata kita melihatnya berat, tapi ada ketenangan dan kebahagiaan pada diri mereka, meski mereka nyaris tak pernah bersenang-senang. Sebaliknya jika rezeki tak barokah, bertambahnya semakin menjauhkan hati mereka satu sama lain. Sedangkan berkurangnya membawa hati kita saling bertikai, meski tak ada pertengkaran, atau sekurang-kurangnya menyebabkan terjauhkan dari kebaikan.


Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Jangan Salahkan Anak

Posted by Unknown 1 comments

Ironis. Mungkin kata inilah yang pantas diucapkan saat kita menyaksikan semakin meningkatnya kasus-kasus kriminal yang melibatkan anak-anak berusia dibawah umur. Mulai dari kasus pencabulan, pelecehan, pemerkosaan, bahkan sampai berujung pembunuhan dengan korban anak-anak. Belum lain kasus-kasus kejahatan seksual yang pelakunya justru anak-anak dan remaja.
Hal ini sejalan dengan perkembangan kasus kejahatan di Indonesia saat ini yang menonjol merupakan kasus kekerasan seksual pada ana. Yang mengkhawatirkan dan membuat miris adalah mengapa tingginya angka kekerasan seksual ini tidak menimbulkan reaksi masyarakat?
Coba bandingkan reaksi masyarakat terhadap kekerasan seksual di India, yang dalam budayanyamasih mendiskriminasi kam perempuan saja, masyarakatnya bisa tergugah dan bergerak untuk menggugat bahkan menekan pemerintah untuk melindungi kaum perempuan dan anak-anak.
Kasus pemerkosaan seorang mahasiswi yang berujung kematian sang korban membuat masyarakat India turun ke jalan menuntut keadilan dan perlindungan bagi kaum perempuan dan anak-anak. Bagaimana dengan negeri ini? Jangan sampai masyarakat menjadi "mati rasa" dan menganggap berbagai pemberitaan mengenai kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak-anak hanya sebagai berita saja.
Semestinya, media punya peran lebih aktif dan signifikan dalam masyarakat daripada sekedar hanya pemberitaan saja. Media dalam pemberitaan sebaiknya tidak hanya memosisikan pelaku (anak-anak remaja) sebagai pihak yang harus diadili secara hukum dan moral sendirian.
Namun media juga perlu mengkritisi peran orangtua para pelaku sebagai pengasuh utama anak-anak mereka. Apa saja yang sudah dilakukan orangtua-orangtua ini hingga anaknya bisa mencuri, melecehkan, kecanduan, pornografi, kecanduan narkoba, memerkosa, bahkan membunuh orang lain?

Fenomena menyedihkan yang terjadi saat ini akibat beberapa hal, yaitu :
  1. Para orangtua tidak siap dan tidak pandai dalam mengemban amanah sebagai orangtua. Masih banyak orangtua yang enggan, bahkan cenderung kurang peduli dalam membangun komunikasi yang baik dan menyenangkan dengan anak-anak mereka. Yang terjadi akhirnya, anak mencari perhatian dan kenyamanan diluar rumah.
  2. Kurangnya peran ayah dalam pengasuhan dirumah, Kenakalan anak-anak dan remaja yang terjadi di masyarakat kebanyakan dilakukan oleh anak laki-laki, Mangapa? Karena anak laki-laki tidak mendapatkan role model atau teladan dari para ayah mereka dirumah. Anak laki-laki tidak dijadikan prioritas untuk dididik sebagai anak yang memiliki rasa tanggung jawab dan dididik sebagai orang yang kelak akan menjadi kepala orang tua.
  3. Kurangnya intropeksi para orangtua terhadap diri sendiri. Andai setiap orangtua mau sejenak merenung mengenai peran dan tanggungjawab serta mampu menganalisa kekurangan dirinya sendiri, tentulah komunikasi pengasuhan anak yang baik dan benar akan diutamakan menjadi prioritas.
  4. Kurangnya kesadaran dan pemahaman bahwa anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus kita besarkan, asuh, dan didik dengan benar serta baik sesuai agama maupun keyakinan kita masing-masing. Dan kelak, setiap orangtua harus mempetanggungjawabkan hal ini pada Sang Pencipta.       

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Peran Aktif Media yang bermanfaat

Posted by Unknown Monday, September 2, 2013 2 comments
Media sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini, terutama media televisi, radio hingga media sosial. Bahkan, secara umum dari sekitar jutaan keluarga di Indonesia, hampir semua dapat dikatakan memiliki dan menjadi konsumen media (terutama televisi).
Seperti yang kita ketahui, industri penyiaran di Indoneia yang berkembang pesat membidik spetrum konsumen yang sangat luas. Hal ini terlihat dari hadirnya ratusan televisi swasta dan ribuan radio swasta di Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini kesadaran publik sebagai konsumen masih belum cukup baik dan belum seimbang dengan perkembangan media yang ada. Dan ironisnya lagi, anak-anak dan perempuan sebagai konsumen sekaligus menjadi korban dari program-program media. Hal ini terjadi tak lepas dari lemahnya pengawasan pemerintah terhadap media. berdasarkan survey dan berita zaman sekarang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang luar biasa tinggi pada kasus-kasus kekerasan seksual, pornografi, inses hingga pembunuhan. Kasus-kasus yang melibatkan anak-anak dibawah umur dan perempuan ini terjadi hampir merata diseluruh propinsi Indonesia.
Pemberitaan yang dilakukan meia saat peliputan kasus-kasus perkosaan, pelecehan seksual, mutilasi serta inses tersebut sangat mungkin di contoh dan ditiru oleh anak-anak maupun remaja. Apalagi jika pemberitaannya menggambarkan detil rekonstruksi bagaimana si pelaku melakukan kejahatan tersebut. Belum lagi tayangan program-program yang mengandung unsur pornografi dan kekerasan lainnya yang berpotensi merusak otak anak-anak dan remaja Indonesia.
Seorang anak yang mata dan otaknya sudah terkontaminasi oleh suguhan materi kekerasan dan pornografi berpotensi besar mengalami kerusakan otak. Kerusakan otak persisnya pada bagian Pre Frontal Crtex (PFC) mengakibatkan anak memiliki adiksi terhadap perilaku negatif, tidak bisa mengendalikan tingkah lakunya akibat dorongan kebutuhan hawa nafsunya meningkat, serta mencari cara untuk menyalurkannya tanpa mengerti konsekuensi yang ditimbulkan.
Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena PFC merupakan pengendali impuls-impuls syaraf pada otak. Antara lain sebagai pengendali hawa nafsu dan emosi, pusat pembuat perencanaan dan pembuat kebijakan. PFC merupakan direkturnya otak manusia. PFC pula yang membedakan antara manusia dengan hewan.
Untuk itu, dibutuhkan peran pemerintah dalam melakukan pengawasan atau kontrol yang cukup pada media. Karena dewasa ini ada begitu banyak program acara media (televisi khususnya) yang kurang bahkan tidak memiliki kualitas, manfaat dan nilai edukasi. Dari sekian banyak saluran televisi rata-rata hampir seluruh media memiliki program acara yang nyaris sama demi mengejar rating.
Dalam dunia media di Indonesia saat ini, pencapaian rating masih menjadi tolak ukur utama kesuksesan sebuah program acara, bukan karena kualitas program tersebut. Produk-produk televisi yang dibuat dengan tergesa-gesa tanpa memperhitungkan kualitas, nilai-nilai juga dampak buruk yang akan ditimbulkan, sesungguhnya adalah produk yang amat membahayakan dan merusak generasi muda Indonesia karena tidak mempertimbangkan kelas usia dan kelas sosial konsumennya.
Untuk mengatasi berbagai masalah sosial dan mental pada masyarakat terutama anak-anak dan remaja, dibutuhkan kesadaran semua pihak untuk terlibat. Selain keluarga sebagai pengasuh yang membesarkan anak-anak secara benar, baik dan menyenangkan, sekolah sebagai tempat belajar yang memberi ruang untuk anak tumbuh optimal sesuai keunikannya masing-masing, media bisa mengambil peran aktif melalui informasi dan tayangan-tayangan acara yang berkualitas, mendidik, bermanfaat tanpa mengabaikan nilai-nilai yang kita yakini.


Semoga Bermanfaat      

Baca Selengkapnya ....

Pendidikan Bagi Muslimah

Posted by Unknown 1 comments
Secara garis besar, seorang muslimah memiliki tiga peranan penting dalam hidupnya. Yang pertama, sebagai hamba Allah SWT. Kedua, perannya sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anaknya. Dan yang ketiga, perannya didalam masyarakat. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi bahwa peran muslimah dalam kehidupan ini begitu penting.
Dalam menjalankan perannya tersebut, seorang muslimah harus memiliki ilmu pengetahuan agar dapat melaksanakannya dengan baik. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka ada berbagai cara. Salah satunya adalah dari pendidikan. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan dunia saja, melainkan juga pendidikan akhlak dan akhirat.
Bagi muslimah, pendidikan yang didapat merupakan bekal dalam menjalani dan menghadapi kehidupan ini. Setidaknya, seorang muslimah dapat memperbaiki dirinya sendiri, kemudian memberikan ilmunya kepada anaknya, keluarga, tetangganya serta masyarakat sekitar. Sehingga ilmu yang dimilikinya dapat bermanfaat untuk orang banyak.
Dalam hal ini, Aisyah ra. patut menjadi contoh dalam ilmu pengetahuan agamanya yang dalam. Aisyah ra. dididik oleh Rasulullah SAW sehingga membentuk pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT dan mengajarkan ajaran Islam kepada wanita luhur dan bertaqwa. 
Semangat Aisyah ra. dalam belajar dn memahami ilmu agama sudah terbukti. Bahkan, setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak sedikit para sahabat yang meminta keterangan tentang kebenaran sebuah hadits kepada Aisyah ra. Dalam kisah lain, para muslimah generasi terdahulu juga bersemangat dalam menuntut ilmu."Seorang wanita mendatangai Rasulullah SAW dan berkata,"Wahai Rasulullah!Kaum lelaki telah membawa haditsmu, maka jadikanlah kami satu harimu yang kami datang pada hari tersebut agar engkau mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu,"Maka beliau bersabda:"berkumpullah pada hari ini dan di tempat ini."Maka mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah SAW mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau".(HR Bukhori dan Muslim).
Berdasarkan kisah tersebut, maka hak dan kesempatan baik bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pendidikan adalah sama. Keduanya memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga dalam menjalankan hal tersebut dibutuhkan ilmu agar dapat terlaksana dengan baik.
Semoga para muslimah tidak pantang menyerah untuk terus menuntut ilmu, karena Allah SWT akan memuliakan kita serta mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya:"..Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. Al-Mujadilah:11).


Semoga Bermanfaat

  

Baca Selengkapnya ....

Manfaat Ilmu

Posted by Unknown 2 comments
Begitu banyak cara untuk menuju surga. Selain melaksanakan kewajiban sholat lima waktu, menunaikan zakat dan berpuasa, ada satu amalan yang tak kalah penting hingga Allah SWT akan memudahkan jalan menuju surga. Amalan tersebut yaitu menuntut ilmu. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW bahwa,"Barangsiapa menempuh suatu jalan mencari ilmu,niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."(HR Muslim).
Pada dasarnya, sebelum melakukan ibadah-ibadah tersebut, kita perlu memahami ilmu tersebut, mengamalkannya dan melaksanakannya.Misalnya, untuk melaksanakan sholat, maka sebelumnya kita harus berwudhu, bersih dari najis dan memahami tata cara sholat. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa ilmu memang sangat penting.
Sebagaimana kisah Nabi Sulaiman AS. Ketika diberi pilihan antara harta, tahta kerajaan dan ilmu, Nabi Sulaiman AS memilih untuk mendapatkan ilmu daripada harta dan kerajaan. Hingga dengan berbekal ilmu inilah, maka Nabi Sulaiman AS berhasil menjadi raja yang cerdas dan kaya raya atas izin Allah SWT.
Bercermin dari kisah tersebut, kita dapat mengetahui betapa besarnya manfaat ilmu dalam kehidupan ini. Saat menghadapi persoalan hidup, kita dapat mengetahui jalan yang benar dan yang salah. Begitu pula saat bersikap, kita dapat mengetahui sikap yang baik dan buruk. Dengan demikian, kita dapat mengetahui mana arah menuju surga dan neraka, sehingga kita dapat memilih untuk melangkah kearah kebaikan dan meraih kebahagiaan dunia akhirat.

Mengamalkan dan Mengajarkan
Amalan tanpa ilmu nerupakan hal yang sia-sia, sedangkan ilmu tanpa amal merupakan hal yang sangat disayangkan. Pada hakikatnya, ilmu dan amalan merupakan hal yang sama pentingnya. Hanya memiliki ilmu saja, masih belum cukup untuk membuktikan ketaatan kita kepada Allah SWT. Meskipun kita mengetahui tata cara sholat, zakat dan puasa namun kita tidak pernah melaksanakannya tentu saja kita tetap berdosa. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu mengamalkan ilmu dalam bertingkah laku, seperti bersikap baik, toleransi dan tolong menolong. Jadi, perlu disadari bahwa sesungguhnya keberhasilan dari menuntut ilmu yaitu dengan mengamalkan ilmu tersebut.
Bagi orang berilmu sudah jelas mana yang benar dan salah, namun untuk mengamalkan yang baik dan buruk merupakan suatu pilihan yang mengandung konsekuensi. Apabila kita tidak beramal dengan ilmu kebaikan yang ada pada diri kita, maka bagaimana di hari akhirat kelak?
Dalam Al-Qur'an surat  As-Sajdah ayat 12, Allah SWT : "Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya,(mereka berkata):"Ya Tuhan kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin."
Maka dari itu, perlu diingat bahwa kita harus menggunakan waktu di dunia ini sebaik mungkin dengan menuntut ilmu dan beramal baik dengan ilmu tersebut. Selain itu, alangkah baiknya jika kita juga dapat mengajarkan ilmu tersebut kepada anak-anak dan masyarakat sekitar, sehingga bermanfaat bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Bukhori:"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur'an dan mengajarkannya."(HR. Bukhori).

Manfaat Ilmu
Ada begitu banyak manfaat ilmu yang seringkali tidak kita sadari baik dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai bekal di akhirat nanti. Diantaranya yaitu :
  1. Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Beberapa derajat sesuai dengan amal baik yang pernah mereka lakukan. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah:11).
  2. Orang yang berilmu akan mendapatkan seluruh kebaikan. Dalam kehidupan ini, kita tidak pernah lepas dari ujian dan permasalahan. Namun, hanya orang berilmu yang dapat menyelesaikan dengan baik. Bahkan, dengan ilmu tersebut tak jarang orang berilmu mengajarkannya kepada orang lain sehingga ia mendapatkan kebaikan yang banyak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama."(HR. Bukhori dan Muslim).
  3. Mendapatkan pahala yang tak terputus. Saat ajal telah menjemput, kesempatan untuk memperbaiki semuanya sudah tertutup. Semua amal perbuatan dan pahala akan terputus, kecuali tiga hal. Salah satunya ilmu yang bermanfaat. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda."Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendo'akannya."(HR. Muslim). Demikianlah manfaat ilmu agar kita terus belajar dan mengamalkannya. Sesungguhnya tidak ada batasan usia untuk mencari ilmu, karena menuntut ilmu merupakan salah satu jalan menuju surga. Semoga ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat di dunia dan akhirat.

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Ikhlas

Posted by Unknown 1 comments
Ikhlas artinya kita berbuat dan melakukan apapun hanya dengan niat untuk meraih ridha Allah SWT, bukan untuk apapun dan bukan untuk siapapun. Ikhlas adalah kunci diterimanya ibadah dan bentuk-bentuk amal kebajikan. Meski besar nilainya di mata manusia, amal tersebut tidak ada artinya di mata Allah SWT bila tidak dibarengi dengan keikhlasan. Namun, sekecil apapun kebajikan itu di mata manusia, bila dibarengi dengan niat ikhlas, ia sangat besar nilainya dihadapan-Nya.
Perhatikan firman-firman-Nya di dalam Al Qur'an, semua menegaskan keikhlasan."Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,"(QS:Al-An'am (6):162).
Dalam QS Al-Bayinah (98) ayat 5, Allah SWT menegaskan bahwa umat-umat terdahulu (para ahlul kitab) juga diajarkan untuk berbuat ikhlas dalam buku-buku mereka. Mengapa? Karena, keikhlasan inti dari agama yang benar. Kepada Rasulullah SAW, Allah SWT menegaskan,"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an kepadamu (Muhammad) dengan kebenaran. Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih."(QS:Az-Zumar(39):2-3).
Hadits berikut ilustrasi mengerikan dalam perjalanan panjang di Hari Akhir bagi sosok-sosok alim dan yang tampak dalam tampilan fisiknya seperti manusia suci. Yakni yang pertama akan diadili dimahkamah Allah SWT adalah orang yang mati di jalan perang (syahid). Ketika ditanya, ia menjawab bahwa ia berperang sampai mati syahid. Dikatakan kepadanya,"Kamu bohong!Kamu berperang dengan niat supaya kamu dikatakan pemberani, dan orang-orang sudah menyebut itu." Apa yang terjadi? Ia pun diseret dan dimasukkan ke dalam api neraka.
Lalu kedua, ualam, pengajarAl-Qur'an, dan pencerah umat. Ketika ditanya, ia menjawab bahwa ia mencari ilmu dan mengajarkan Al-Qur'an. Lalu dikatakan kepadanya,"Kamu dusta! Kamu mencari dan mengajarkan ilmu dengan niat supaya dikatakan alim, dan orang-orang percaya itu," Apa yang terjadi? Ia pun diperlukan sama, diseret dan dicampakkan ke dalam neraka.
Dan yang ketiga, hartawan dan dermawan. Ketika ditanya, ke mana harta itu dipergunakan, ia menjawab bahwa ia telah menginfakkannya untuk umat. Lalu dikatakan kepadanya."Kamu pembohong!kamu lakukan itu dengan niat supaya disebut dermawan, dan orang-orang pun percayaitu." Lalu apa yang terjadi? Ia pun diperintahkan untuk dilempar ke dalam jurang neraka.
Ternyata banyak amal kebajikan, bahkan hingga menguras harta, berpeluh keringat dan darah, tapi kemudian sia-sia dan tak berbekas. Bahkan direspons dengan siksa neraka, oleh karena tidak disertai dengan ikhlas. Karenanya, mari kita tempatkan kebajikan kita dalam ruang suci bernama ikhlas. Jangan takut bila perbuatan kita tidak diketahui atau tidak dipuji orang. Karena pujian orang banyak tidak ada artinya bila Allah SWT menolaknya. Tapi, takutlah bila perbuatan kita ditolak Allah SWT karena tidak ikhlas.
Sebut sebuah hadits,"Seandainya seseorang di antara kalian melakukan suatu kebaikan di tengah padang sahara yang sangat sepi, dalam ruang tertutup tanpa pintu, amal itu suatu saat pasti akan ketahuan juga."


Semoga Bermanfaat


Baca Selengkapnya ....

Perlunya Mendampingi Anak

Posted by Unknown 1 comments
Tahun ajaran baru bagi orangtua yang akan memasukkan anak-anaknya ke sekolah baru, memasuki awal tahun adalah waktu dimulainya kesibukan mempersiapkan kebutuhan si kecil untuk bersekolah.
Urusan sekolah memang bukan saja beban bagi anak-anak, namun juga beban bagi para orangtua. Selain mempersiapkan segala kebutuhan untuk sekolah seperti peralatan dan seragam, hal yang terpenting untuk disiapkan oleh orangtua adalah mental set anak.
Orangtua harus membantu setiap anaknya, agar mereka siap mental begitu memasuki sekolah atau kelas baru. Mengapa begitu? Karena baik anak yang memasuki sekolah baru, misalnya dari TK ke SD atau dari SD ke SMP, maupun anak-anak yang pindah (naik) kelas, mereka pasti membutuhkan waktu untuk beradaptasi yang cukup.

Untuk anak-anak yang akan memasuki sekolah baru, dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk beradaptasi. Karena mereka harus menyesuaikan diri dengan 7 aspek :
  1. Teman baru yang belum dikenalnya.
  2. Lingkungan sekolah baru. Anak-anak memerlukan adaptasi dengan cara tempuh menuju sekolah, berapa lama waktu tempuh.
  3. Beberapa guru atau wali kelas baru yang harus dikenali dan dipelajari karakternya oleh anak, untuk penyesuaian diri mereka saat belajar.
  4. Jarak rumah - sekolah.
  5. Fasilitas gedung sekolah, seperti kamar mandi, ruang kelas, musholla, kantin dan fasilitas lainnya.
  6. Peraturan sekolah.
  7. Peraturan kelas. Beruntung  jika anak, mendapatkan guru atau wali kelas yang bijak, dapat mengajak atau melibatkan siswa kelasnya dalam membuat peraturan kelas. Namun, bagaimana kelas dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh guru secara turun menurun? Tentu perlu penyesuaian tersendiri.
Sedangkan untuk anak yang baik kelas, waktu yang dibutuhkan untuk beradaptasi adalah sekitar 2-3 bulan. Karena meskipun ada beberapa teman baru, mereka umumnya tetap berada pada lingkungan sekolah yang sama.
Meski begitu, waktu adaptasi tersebut tetap tergantung pada usia masing-masing anak serta kondisi lingkungan sekolah dengan sistem belajar dan kurikulumnya.
Pada anak yang memiliki kebutuhan bergerak banyak, sedangkan sekolah menuntut siswa-siswanya untuk duduk, diam dan mendengarkan sepanjang pelajaran dalam kelas, tentu menjadi tantangan tersendiri. Bisa jadi metode pelajaran seperti itu kurang cocok, sehingga orangtua perlu memperhatikan dengan seksama kebutuhan belajar yang tepat bagi anak-anaknya.
Persoalan ini menjadi lebih kompleks jika anak memasuki sekolah baru bersamaan dengan ia memasuki usia remaja. Karena ia memerlukan adaptasi ditengah masa ia sedang mengalami perubahan hormon pada tubuhnya, yang bisa mengakibatkan timbulnya kekacauan emosi, serta perubahan pola pikir dari berpikir secara abstrak.
Perubahan pola pikir dan hormonal ini sama sekali tidak diketahui dan dikenali oleh anak itu sendiri. Sehingga dibutuhkan pendampingan penuh orangtua untuk membantu anak agar bisa melalui masa-masa sulit.
Selain itu, orangtua sebaiknya melakukan kunjungan untuk mengumpulkan informasi tentang sekolah baru anak-anaknya dengan berkenalan pada guru-guru dan kepala sekolah. Orangtua wajib melakukan persiapan khusus untuk pribadi anak. Yaitu kesiapan memberikan pendampingan dan kemampuan memahami perasaan anak (ketika anak banyak mengeluh tentang berbagai kesulitan yang dihadapinya disekolah baru). Untuk itu, semua diperlukan komitmen orangtua dalam bentuk "keinginan" dan "waktu".

Semoga Bermanfaat   

Baca Selengkapnya ....

Kedermawanan Abdullah bin Umar

Posted by Unknown 2 comments
Abdullah bin Umar merupakan putra dari Umar bin Khattab yang memiliki keistimewaan dalam ilmu dan amalnya. Ayahnya sangat mendukungnya dan mendidik dalam hal keislaman. Bahkan, karena saudari kandungnya yng bernama Hafsah binti Umar menjadi istri Rasululah SAW, maka ia senantiasa meneladani sifat dan kebiasaan beliau.
Abdullah bin Umar termasuk orang yang hidup makmur dan kaya raya. Ia merupakan pedagang dan saudagar yang jujur dan berhasil dalam sebagian besar kehidupannya. Di samping itu, gajinya yang berasal dari Baitul maal (kas negara) dapat terbilang tidak sedikit. Namun, tunjangan tersebut tidak di simpannya, melainkan dibagi-bagi kepada fakir miskin dan anak yatim.
Bagi Abdullah bin Umar, kedermawanannya itu tidak membuatnya khawatir akan jatuh miskin dan kelaparan. Sikapnya yang senang memberi kepada orang lain menjadikannya dikenal sebagai orang yang sangat pemurah.
Seseorang bernama Ayub bin Ma'il Ar Rasibi pernah menceritakan salah satu contoh kedermawanan Abdullah bin Umar. Pada suatu hari, Abdullah bin Umar menerima uang sebanyak 4.000 dirham dan sehelai baju dingin. Hari berikutnya, Ayub bin Ma'il melihatnya dipasar sedang membeli makanan untuk hewan tunggangannya secara berhutang. Maka, Ayub bin Ma'il pergi menemui keluarga Abdullah bin Umar."Bukankah kemarin Abdullah bin Umar menerima kiriman 4.000 dirham dan sehelai baju dingin?"tanya Ayub bin Ma'il.
"Benar." jawab salah seorang dari keluarga Abdullah bin Umar.
"Saya lihat ia tadi di pasar membeli makanan untuk hewan tunggangannya dan tidak punya uang untuk membayarnya,"kata Ayub bin Ma'il.
"Tidak sampai malam hari, uang itu telah habis dibagi-bagikannya. Mengenai baju dingin, mula-mula dipakainya,lalu ia pergi keluar. Saat ia kembali, baju itu tidak kelihatan lagi. Ketika kami tanyakan, jawabnya bahwa baju itu telah diberikannya kepada seorang miskin,"tutur keluarganya.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ayub bin Ma'il pamitan pulang. Dalam perjalanan, Ayub bin Ma'il berkata dalam hati, sungguh kedermawanan Abdullah bin Umar bukanlah sebagai alat untuk mencari nama, popularitas atau mempeoleh penghormatan dari manusia. Semua niatan itu berasal dari dalam hatinya yang tulus dan semata-mata karena Allah SWT. Pemberiannya pun hanya ditujukan kepada fakir miskin, anak yatim dan orang yang benar-benar membutuhkan. Ayub bin Ma'il menambahkan, jarang sekali ia makan seorang diri, karena pasti disertai anak-anak yatim dan kaum fakir miskin.
Suatu hari, Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Abdullah bin Umar untuk menjabat sebagai hakim. Namun, ia tidak mau menerimanya dan memilih menjadi warga biasa. Memasuki masa tua, Abdullah bin Umar kehilangan penglihatannya. Sahabat yang paling banyak meriwatkan hadits setelah Abu Hurairah ini, kemudian wafat pada tahun 72 hijriyah dalam usia 84 tahun.

 Semoga Bermanfaat


Baca Selengkapnya ....

Sedekah Menolak Balak

Posted by Unknown 1 comments
Hidup ini tidak seindah yang dibayangkan. Banyak hal yang tidak terduga menghampiri hidup kita. Kepahitan dan kegetiran adalah warna yang memoles lembar kehidupan manusia. Meski sesungguhnya bagi orang yang beriman, dunia ini adalah surga tak berperi dengan kenikmatan dan keelokannya yang tidak bertepi.
Untuk kita yang saat ini sedang dalam kubangan musibah, ada baiknya kita mencoba menyisir jalan kebaikan berikut ini. Atau, kita yang sedang dihantui kegagalan, inilah amalan yang menghibur untuk menolak berbagai kemungkinan balak.
Pertama, melazimkan doa. Orang yang terbiasa dengan berdoa akan mengalir sebuah kekuatan yang mampu menjadikan dirinya tegar. Bahkan, doa adalah sebuah proteksi ampuh menstabilkan kondisi hati dengan berbagai macam keadaannya. Disebut oleh Nabi Muhammad SAW,"Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa." (HR Ahmad). Bahkan, ada doa yang langsung dari Allah SWT untuk menuntun kita terhindar dari berbagai ujian, musibah, dan bala."Duhai Allah jangan sekali-kali Engkau uji kami di luar batas kemampuan kami."(QS Al-Baqarah:286).
Kedua, kesungguhan taqwa. Banyak disebut oleh berbagai ayat bahwa kesungguhan dan keseriusan dalam ketaqwaan mengantarkan ketangguhan spiritual dalam menyelesaikan setiap kesulitan hidup. Ini artinya semangat taqwa menghindarkan sebuah peristiwa buruk dalam hidup manusia."Siapa yang bertaqwa maka Allah jadikan baginya jalan keluar. Dan Allah karuniakan rezeki dari arah tak terduga. Siapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah maka akan dicukupkan (nikmat dan kebutuhannya) .."(QS Al-Thalaq:2-3).   
Ketiga, Ridho orang tua. Setelah kita tegak dengan nilai-nilai langit seperti di sebut oleh dua poin di atas, saatnya kita mengumpulkan energi dari bumi. Dan, kita perlu memulainya dari bilik kedua orang tua kita. Doa dan restu mereka yang pada urutannya mengantarakan kepada sejuta kebaikan, yang kita unduh tidak hanya di dunia, tapi di akhirat. Keramat terampuh di dunia ini,tidak lain adalah doa dan restu orang tua."Ridho Allah ada pada ridho orang tua dan murka-Nya ada pada murka ke dua orang tua," demikian sabda Nabi Muhammad SAW riwayat al-Hakim. 
Keempat, sedekah. Keutamaan sedekah sudah banyak yang menyebutkan. Bahkan, secara terang sebuah hadis mengisyaratkan, "Sedekah itu benar-benar menolak balak."(HR Thabrani dari Abdullah ibnu Mas'ud). Karena , agama adalah amal. Maka, nikmat dan kelezatan beragama akan terasa jika benar-benar mengamalkan. Karena itu, saatnya kita buktikan dengan amal nyata. Kita bersedekah pasti ada proteksi balak yang langsung Allah SWT desain.
Kelima, istighfar."Kami tidak akan turunkan azab bencana selama mereka masih beristighfar."(QS al-Anfal:33). Berikutnya, silaturahim, berdzikir, dan sholawat. Terkait dengan dzikir, disebut oleh Nabi SAW,"Petir menyambar siapapun, tetapi petir tidak akan menyambar orang yang sedang berdzikir."
Terakhir, senantiasa berbuat baik. Kebaikan yang kita tebarkan dibumi adalah kebaikan untuk kita yang Allah SWT gelontorkan dari langit (QS Ar-Rahman:60). Wallahu a'lam.


Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....