Istiqamah

Posted by Unknown Saturday, November 9, 2013 0 comments
Musibah datang secara beruntun, usaha selalu berujung pada kegagalan dan ditempat kerja diserang banyak fitnah. Rumah tangga tidak pernah berhenti dari percekcokan, bahkan berakhir dengan perceraian. Inilah keadaan yang lazim kita temukan dalam keseharian kita, atau terkadang kita sendiri yang mengalaminya.
Hal yang tidak bisa dibantah adalah keadaan ini, pasti berpengaruh terhadap sikap keberagamaan kita. Bagi yang rusak akidahnya maka akan menambah jarak yang jauh bahkan semakin jauh dengan Allah SWT. Tapi, jika sedang bagus akidahnya maka dia akan bersegera mendekat kepada-Nya.
Namun yang perlu diperhatikan saat kita berada dekat dengan Allah SWT adalah konsistensi. Jangan sampai ibadah  dan pertaubatan kita terkesan hanya dilakukan kalau sedang butuh, sedang saat dilanda musibah, atau sedang disempitkan dengan ujian dan kesusahan, kita jauh dari-Nya.
Peribadatan kita seakan temporal (sesaat). Sementara kalau sudah kembali normal, kemampuan mendekat dan bersenang-senangnya bersama Allah SWT malah menghilang.
Bagi yang amalnya temporal, ketika menjelang pernikahan tiba-tiba saja ibadahnya jadi meningkat;shalat wajib tepat waktu,tahajud tampak khusyuk. Tapi, anehnya ketika sudah menikah, jangankan tahajud, shalat subuh pun terlambat.
Ini perbuatan yang jelas menipu dan mengecewakan Allah SWT dan malaikat. Sudah diberi kesenangan, justru malah melalaikan perintah-Nya. Harusnya sesudah menikah berusaha lebih gigih lagi dan semakin Istiqamah. Atau, ketika menjadi imam shalat, bacaan Al-Qur'an kita kadangkala digetarkan atau disedih-sedihkan agar orang lain ikut sedih, Tapi, sebaliknya ketika shalat sendiri, shalat kita laksanakan kilat, ringkas dan cepat.
Kalau shalat sendirian dia begitu gesit (cepat), tapi kalau ada orang lain jadi kelihatan lebih bagus. Hati-hatilah bisa jadi ada sesuatu dibalik ketidakikhlasan ibadah-ibadah kita ini. Yang jelas diharapkan adalah kemampuan istiqamah dan konsistensi dalam ibadah dan amaliah.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,"Tuhan kami adalah Allah,"kemudian mereka meneguhkan istiqamah mereka, maka malaikat (kuasa llahi) akan turun kepada mereka dengan mengatakan,"Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memperolah surga yang  telah dijanjikan Allah kepadamu."(QS Fushilat (41):30).
Nabi Muhammad SAW bersabda,"Istiqamahlah kamu dan janganlah menghitung-hitung (amal ibadahmu)." (HR Bukhari).
Dari Abu Amr atau Abu Amrah RA, Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi RA berkata, aku berkata,"Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain padamu."
Rasulullah menjawab,"Katakanlah saya beriman kemudian istiqamahlah."(HR Muslim).

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Cara Mengendalikan Emosi

Posted by Unknown Thursday, October 31, 2013 2 comments
Pada Hakikatnya, semua manusia diciptakan memiliki emosi, namun, hal yang membedakannya adalah kemampuan mengendalikan emosi setiap orang. Ada tipe manusia yang mudah terpancing emosinya dengan hal-hal sepele yang terjadi di sekitarnya, sehingga menimbulkan amarah. Dan ada pula orang yang dapat mengontrol emosi dengan baik meskipun ada beberapa masalah yang menimpanya.
Mari kita renungkan kisah yang ada dalam riwayat imam Bukhari. Dari Abu Hurairah ra, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW : "Janganlah engkau marah." Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda Beliau :"Janganlah engkau marah."(HR. Bukhari).
Hadits tersebut menunjukkan betapa pentingnya menahan marah hingga Rasulullah SAW mengulangi nasihatnya beberapa kali. Maka dari itu, jangan biarkan kita terjebak dalam amarah yang berkepanjangan. Sebab, amarah akan banyak menimbulkan dampak negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dampak Negatif Marah.
Marah yang tidak terkendali (amarah) merupakan salah satu emosi yang bisa menyebabkan efek negatif dalam kehidupan. Berikut ini beberapa dampak negatif dari emosi tersebut :
1. Masalah Kesehatan.
Amarah atau perasaan negatif dapat membuat seseorang jadi mudah terserang penyakit. Hal tersebut dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil. Berdasarkan penelitian menunjukkan, bahwa 85 % penyakit berhubungan dengan kondisi emosional. Pada saat sedang marah, maka akan muncul rasa depresi, sedih, shock, sakit kepala dan lain sebagainya. Untuk mencegah berbagai penyakit, maka jalanilah hidup ini dengan senyuman dan rasa bahagia.
2. Menyakiti Perasaan Orang Lain.
Ketika seseorang diliputi amarah, maka kata-kata yang keluar dari lisannya cenderung menyakiti perasaan orang lain.
3. Melakukan Kekerasan.
Orang yang sudah dikuasai oleh amarah, maka akal sehatnya akan cenderung lemah. Kemudian melampiaskan kemarahannya atau membalas dendam. Mereka bisa melakukan kekerasan bahkan membunuh seseorang.
4. Sulit Berkonsentrasi Saat Bekerja.
Bagi orang yang terjebak dalam emosinya, akan kesulitan berkonsentrasi saat bekerja. Akibatnya, pekerjaan yang dihasilkan tidak maksimal dan produktivitas dapat menurun drastis.
5. Mengganggu Kehidupan Sosial.
Seseorang yang dikenal mudah marah dan emosional dapat menimbulkan persepsi negatif dalam lingkungan sosial. Orang-orang disekitarnya akan merasa takut dan menjauh dari orang yang emosional tersebut. Situasi seperti ini tentu tidak menyenangkan. Sebab, sebagai makhluk sosial, manusia butuh berinteraksi dengan orang lain.

Cara Mengendalikan Amarah
Agar terhindar dari amarah, maka hal yang perlu kita ketahui adalah bagaimana cara mengendalikannya. Berikut ini petunjuk Rasulullah SAW yang mengajarkan kita cara mengendalikan marah :
1. Memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan dengan membawa ta'awuz: "A 'udzu billahi minas syaithanir rajiim."
Dari sahabat Sulaiman bin Surd ra., beliau menceritakan, suatu hari saya duduk bersama Nabi Muhammad SAW. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta'awudz:A'udzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang."(HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda,"Apabila seseorang marah, kemudian membaca A'uddzu billah (saya berlindung kepada Allah) maka marahnya akan reda."(Hadits shahih-silsilah As Shahihah, no.1376)
2. Diam dan Menjaga Lisan.
Orang yang terbawa amarah cenderung berbicara tanpa aturan (sopan santun), sehingga bisa jadi ia mengundang murka Allah SWT. Karena itulah, diam merupakan cara jitu untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar. Dari Ibnu Abbas ra., asulullah SAW bersabda,"Jika kalian marah, diamlah."(HR. Ahmad dan syuaib Al-Arnauth menilai hasan lighairih).
3. Merubah Posisi Tubuh Ketika Marah.
Merubah posisi tubuh merupakan salah satu cara untuk meredam kemarahan. Rasulullah SAW bersabda,"Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak juga hilang, maka hendaklah ia berbaring."(HR.Ahmad).
4. Mengingat  Allah SWT dan Hadits Rasulullah SAW.
Dari Muadzbin Anas Al-Juhani ra, Rasulullah SAW bersabda," Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil dihadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki." (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan oleh Al-Albani).
Hadist tersebut bisa menjadi motivasi bagi para kaum Muslim untuk bisa menahan amarahnya. Sebab, Allah SAW telah memberikan balasan yang besar bagi orang yang berusaha menahan amarahnya meskipun ia mampu meluapkannya.
5. Segera Berwudhu.
Rasulullah SAW bersabda,"Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudhulah,"(HR. Abu Dawud).
6. Bersujud, artinya shalat sunnah minimal dua rakaat.
Dalam sebuah hadist dikatakan,"Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidakkah engkau melihat merahnya dua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)."(HR. Tirmidzi).

Demikianlah cara mengendalikan marah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Semoga dengan terampilnya mengendalikan amarah dengan baik, kita dapat menjalani hidup dengan bahagia dan meraih keselamatan di akhirat.amin.

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Orang-orang Asing yang Beruntung

Posted by Unknown 0 comments
Akan ada zaman ketika melaksanakan tuntunan menjadi tontonan, Akan ada masa tatkala menunaikan keta'atan kepada Allah Azza wa Jalla dianggap sebagai keanehan. Akan ada saat manakala bersungguh-sungguh dalam memenuhi kewajiban agama dipandang sebagai perilaku berlebihan dan bahkan melampaui batas. Teringatlah kita kepada sabda Nabi SAW "Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Karena itu, beruntunglah orang-orang yang asing." (HR Muslim).
Jika telah tiba masanya, yang sungguh-sungguh melaksanakan agama ini dianggap aneh. Amalan mereka tampak asing. Mereka melaksanakan amal shalih dan ibadah berdasarkan tuntunan shahih dari Rasulullah SAW, tapi manusia mengingkari. Orang-orang yang dianggap asing dan terasingkan itu sesungguhnya justru orang yang shalih di tengah-tengah kerusakan yang menimpa ummat. Tapi sebagian besar manusia mengingkari. Hanya sedikit sekali manusia yang mendengar kata-katanya dan mengikuti apa yang dinasehatkannya.
Inilah masa ketika petunjuk yang terang dari nash (Al Qur'an & Sunnah) diabadikan. Nash diambil bukan untuk dalil, tapi untuk pembenaran. Inilah masa ketika orang banyak yang beramal  berdasarkan perkataan-perkataan orang yang pandai bicara, meski nyata bertentangan dengan nash. Inilah masa ketika berpegang teguh pada sunnah justru dianggap meninggalkan sunnah. Mereka dicerca dan tersisih. Kebenaran bagai bara api. Nasehat Nabi Muhammad SAW :"Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api."(HR. Tirmidzi).
Agama ini terasing dari umat Islam, di antaranya bersebab semakin sedikitnya orang yang memberi nasehat dan peringatan. Inilah masa ketika majelis agama tak lagi memberi ilmu, nasehat dan peringatan. Bahkan keluh lidah para penceramah dari memperingatkan.
Inilah masa ketika orang-orang yang dijadikan anutan tak lagi memiliki muru'ah (kehormatan, wibawa). 'Izzah (harga diri, kehormatan) dahwah runtuh. Keduanya ditukar dengan tana'um (bermewah-mewah sebagai gaya hidup). Inilah masa ketika wahan (cinta dunia takut mati) dan waham merasuk kuat, seakan muru'ah hanya tegak dengan kemewahan dan penampilan. Inilah masa ketika majelis agama berubah menjadi hiburan dan senda gurau; memberi kesenangan tanpa menumbuhkan ketaqwaan.
Manusia berlomba memegah-megahkan masjid melebihi peruntukannya. Banyak yang ramai oleh manusia, tapi kosong dari hidayah. Yang seharusnya memberi nasehat dan peringatan tak memiliki 'izzah agama dalam dirinya, sehingga sibuk menampakkan diri menarik. Ia mengikuti mustami'in (audiens) dan tak berani menyampaikan perkara-perkara yang menyelisihi selera mustami'in. Hanya ada penuturan, tanpa peringatan. Banyak menahan nasehat bersebab senantiasa anggap ummat tidak siap, tapi tak pernah mempersiapkan mereka.
Adakah ini terjadi? Semoga belum. Ataukah ini masa yang disebutkan oleh Ibnu Mas'ud? Masa ketika orang bertekun mendalami agama untuk dunia. Mereka bersemangat mendalami agama bukan untuk kepentingan agama, tetapi untuk meraup dunia.
Renungkanlah perkataan mulia 'Ali bin Abi Thalib ra sebagai diriwayatkan oleh Al-Hakim:
Diriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra bahwa beliau menyebutkan sejumlah fitnah yang akan terjadi di akhir zaman. Kemudian 'Umar bin Khattab ra berkata kepadanya,"Kapankah itu terjadi, wahai 'Ali?" 'Ali bin Abi Thalib ra menjawab: "Fitnah-fitnah tersebut terjadi jika fiqih dikaji sungguh-sungguh bukan karena agama, ilmu agama dipelajari bukan untuk diamalkan, serta kehidupan dunia dicari bukan untuk kepentingan akhirat." (Riwayat A-hakim).
Perhatikanlah sejenak penjelasan menantu kesayangan Rasulullah SAW ini. Betapa berbedanya, di masa sahabat ra, mereka mencari kehidupan dunia untuk akhirat. Sementara di zaman fitnah, kehidupan dunia di cari bukan kepentingan akhirat. Bahkan sebagaimana diperingatkan oleh Ibnu Mas'ud ra, pada masa fitnah agama tersebut, manusia justru mengejar dunia dengan amal akhirat. Maka, kelak kita akan saksikan orang bersungguh-sungguh melaksanakan sholat Dhuha maupun sedekah karena ingin mengejar dunia. Seakan Allah Ta'ala tak akan melimpahkan harta kepada kita jika meminta sebelum melakukan keduanya. janganlah kita sebagai manusia yang tak putus mengerjakan sholat Dhuha, tapi Sholat Fadhunya diletakkan di belakang.  

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Kepasrahan yang Menggerakkan

Posted by Unknown Monday, October 14, 2013 2 comments
Jika Allah Ta'ala sudah menitahkan suatu perkara untuk terjadi, maka tak ada yang dapat mencegahnya, Tak ada pula yang dapat memajukan atau menunda. Sesungguhnya takdir yang telah digariskan oleh Allah 'Azza wa Jalla mengikat setiap makhuk-Nya, sehingga seandainya seluruh tenaga kita kerahkan dan segenap kemampuan kita gunakan, tak akan pernah sanggup menggeser takdir itu dari keputusan-Nya. Maka, apakah yang bisa kita lakukan untuk menolak takdir?
Tetapi Allah dan Rasul-Nya telah memberikan petunjuk kepada kita. Segala sesuatu ada hukum yang telah Allah Ta'ala tetapkan untuk mengaturnya. Maka, hukum itulah yang perlu kita ketahui. Berkenaan dengan takdir, nasehat Rasulullah SAW kepada Ibnu 'Abbas ra perlu kita simak dengan baik. Ketika itu Ibnu 'Abbas masih kanak-kanak yang baru mengerti. Kata Rasulullah SAW., sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi: "Wahai Anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasehat buatmu. jagalah hak-hak Allah niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan selalu berada di hadapanmu.
Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah pada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa apabila seluruh umat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mempu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering."(HR. At-Tarmidzi).
Inilah sikap terhadap takdir yang diajarkan Rasulullah SAW kepada kita. Karenanya, kita harus membangun sikap tersebut dalam diri kita dan terutama kepada anak-anak kita. Jika anak telah yakin bahwa lembaran takdir telah kering dan tak ada yang bisa menolong dengan sebak-baik pertolongan selain Allah 'Azza wa jalla, maka apa lagikah yang lebih baik dalam membangun keyakinan diri? Jika anak-anak yakin betul bahwa andaikata seluruh manusia berkumpul untuk mencelakakannya, maka tak ada musuh yang ia takuti dan tak ada makhluk selemah apa pun yang berhak ia rendahkan. Ia memiliki percaya diri yang kuat bukan karena kelebihan yang ada pada dirinya, tetapi karena keyakinanannya yang kuat kepada Allah 'Azza wa Jalla, Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa. Kepercayaan diri semacam inilah telah mengubah Abu hurairah ra dari ahlu suffah menjadi seorang yang diakui kompetensinya. Ia menjadi rujukan yang terpercaya.
Berawal dari sikap yang benar terhadap takdr, kita bisa berharap lahirnya anak-anak yang kuat memegangi prinsip, kokoh pendiriannya, kuat keyakinannya kepada Allah SWT beserta segala yangdituntunkan-Nya serta memiliki integritas pribadi yang kuat. Sungguh, rusaknya masyarakat bukanlah terutama dari tidak adanya para pemimpin yang perkasa maupun ulama yang matang ilmunya, tetapi terutama dar tidak adanya integritas pribadi. Padahal integritas itulah yang membuat seseorang layak dipercaya dan bisa diandalkan.
Sikap yang tepat terhadap takdir mengantarkan anak untuk jujur dan mandiri. Sebab, dusta tak bisa membuatnya memperoleh manfaat. Sementara ketergantungan pada pertolongan orang lain tak membawanya pada kemudahan. Ia belajar menempa diri untuk tidak berharap selain kepada Allah 'Azza wa Jalla. Jika ia menjadi manusia yang memperoleh jaminan penjagaan dari Allah, maka Allah Ta'ala pasti akan kiimkan hamba-hamba-Nya dari malaikat dan manusia untuk menjadi penolong ketika ia sedang memerlukan pertolongan. Para manusia menjadi penolong karena Allah Ta'ala yang menggerakkan mereka.
Melalui pembentukan sikap yang benar terhadap takdir sesuai tuntunan Rasulullah SAW, kita bisa berharap akan lahir para pemberani yang perkasa untuk memimpin dunia. Mereka perkasa justru karena kepasrahannya terhadap setiap ketentuan-Nya.
Inilah yang sekarang perlu kita pikirkan. Sudah saatnya kita mengubah cara kita membangun kepribadian anak, Percaya diri yang kokoh sudah seharusnya lahir dari iman yang kuat. Salah satunya iman kepada takdir.
Sesungguhnya sebaik-baik sumber percaya diri adalah iman, bukan drum band.    

Semoga Bermanfaat.

Baca Selengkapnya ....

Bershalawat

Posted by Unknown Saturday, October 12, 2013 0 comments
Jangan meninggalkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. "Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. "(QS.33:56).

Rasulullah SAW bersabda : Apabila kamu mendengar adzan, maka katakanlah seperti apa yang diucapkan oleh muazin, kemudian bershalawatlah atasku, karena barangsiapa yang bershalawat atasku satu kali, maka Allah akan akan bershalawat atasnya sepuluh kali, kemudian mohonlah kepada Allah untukku wasilah karena wasilah adalah kedudukan di surgayang tidak layak, kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan saya sungguh berharap menjadi orang yang mendapatkannya, dan barang siapa memohonkan untukku wasilah, maka dia akan mendapatkan syafa'at.(HR. Muslim).

Sesungguhnya hari-hari kalian yang paling utama adalah hari jumat. Di hari itu Adam AS diciptakan, dan di hari itu dia meninggal. Di hari itu ditiupnya sangkakala (tiupan pertama yang pada waktu itu alam semesta menjadi hancur), di hari itu terjadi matinya semua makhluk (kecuali yang dikehendaki Allah). Oleh karena itu perbanyaklah shalawat atasku pada hari itu, karena shalawat kamu ditampakkan kepadaku. Para sahabat berkata : Wahai utusan Allah! Bagaimana ditampakkan kepadamu shalawat kami, padahal engkau sudah hancur luluh? maka Rasulullah SAW menjawab : Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada bumi jasad para Nabi SAW (HR. Abu Daud, dan telah dishalihkan oleh An-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin, dan Syaikh Albani dalam shahihil Jami').

Juga Rasulullah berkata : Tiada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan kepadaku ruhku sehingga aku membalas salam tersebut.(HR. Abu Daud, dan dishalihkan oleh An-Nawawi dan Albani dalam kitab shahihil al-Jami').

Untuk itu jika ketika kita mendengar nama Nabi Muhammad disebut di mana pun kita berada dan mendengarnya maka bershalawatlah, Shallallahu Alaihi Wassalam.


Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Ibu

Posted by Unknown Thursday, October 10, 2013 0 comments
Ibu adalah nama lain dari kasih sayang yang indah, yang diberikan Allah SWT sebagai rahmat bagi hamba-Nya. Ibu ibarat malaikat yang menjadi pelindung anak-anaknya dari setiap kejahatan yang akan menyakiti mereka. Bahkan ketika manusia terlahir tanpa dampingan seorang ibu, rasanya mereka akan siap menukar apapun yang dimilikinya demi kehadiran sang ibu tercinta. Maka tak heran jika seorang ibu selalu diagungkan kebaikannya, baik ketika dia masih ada ataupun sudah tiada.
Maha suci Allah SWT yang telah menciptakan kedekatan antara seorang ibu dengan anak-anak mereka, sebagai suatu kemanusiawian. Setiap anak akan begitu nyaman berada di samping ibunya. Karena itulah, secara alamiah pula, anak-anak melihat ibu sebagai sosok panutan yang patut diikutinya. Seperti spons kering yang menyerap setiap air yang ada didekatnya, seperti itulah anak-anak dengan polos mencontoh cara berucap dan bersikap seperti para ibu mereka. 
Maka tak dipungkiri lagi, jika ibu ibarat guru pertama bagi anak-anak. Dengan ibu jugalah, anak-anak belajar mengenali dan mempelajari dunia ini. Lalu bagaimanakah sikap kita sebagai seorang ibu, agar kita pantas dijadikan tauladan yang baik untuk anak-anak kita?.

Pertama, menjadi ibu penuh kasih sayang.
Yang pertama dan utama jadilah ibu yang baik dan kasih sayang. Dari sikap terpuji inilah anak-anak akan mengenali dan mencontoh bahwa hanya kebaikan dan kasih sayanglah yang sebenarnya diperlukan jika mereka ingin selalu disayangi dan diterima kehadirannya oleh sesama. Sebaliknya, mereka juga akan belajar membedakan bahwa perbuatan jahat hanya akan menyakiti orang lain dan merugikan diri mereka sendiri.

Kedua, ramah dan menghargai orang lain.
Selain itu, ajarkan kepada anak bahwa setiap orang itu berbeda, dan kita harus menghargai perbedaan-perbedaan itu. Tanamkan pada diri anak-anak kita bahwa tidak seorang pun senang diperlakukan kasar. Maka ucapan terima kasih, tolong, dan maaf, harus dibiasakan sejak mereka kecil, agar terpola dalam pikiran anak bahwa sikap ramah adalah hal penting yang dibutuhkan untuk menjalin sebuah persahabatan.

Ketiga, tegas dalam berprinsip.
Kenalkan pada anak-anak kita bahwa di dunia ini juga ada hal yang tidak bisa kita tawar tentangnya. Sebagai contoh adalah masalah akidah. Kenalkan kepada mereka berikut alasannya tentang kepastian dan kepatenan nilai-nilai tersebut untuk harus selalu kita patuhi.

Keempat, luangkan waktu untuk komunikasi yang hangat.
Jika kita mengharapkan anak akan patuh, maka komunikasi yang hangat dari kita sebagai ibu, sangat penting untuk dilakukan. Dan dalam berkomunikasi, anak dan ibu juga membutuhkan banyak waktu. Maka sudah seharusnya kita menyediakan waktu untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan anak-anak mereka.
Tunjukkan kepada anak bahwa dengan berkomunikasi, kita dapat menjadi partner mereka yang baik dalam mencari kebaikan. Jika akhirnya nasehat harus diberikan, maka biarkan terlebih dahulu mereka mengemukakan ide dan pikiran mereka, dan jangan beri batasan agar mereka juga tidak mengambil jarak dengan kita. Dengan itu Insya Allah mereka akan menjadikan kita sebagai contoh, karena kemampuan kita menjadi pendengar yang merangkul dan mengayomi mereka, saat mereka susah.

Kelima, bersikap positif.
sebagai seorang ibu, hendaknya kita berhati-hati dalam bersikap dan berucap. Anak-anak kebanyakan akan meniru materi, pemikiran, bahkan gaya bicara kita, terutamabila mereka berada didekat kita. Pembicaraan dan sikap yang positif akan memberikan contoh yang baik pula bagi mereka, agar kelak menjadi pribadi yang positif.

Keenam, konsisten
Dari semua sikap yang kita berikan kepada anak-anak kita tersebut, maka tak akan ada gunanya jika kita sendiri tidak konsisten dengan yang telah kita ajarkan. Pencontohan sikap baik yang terus menerus dan konsisten, akan lebih mudah terbahasakan kepada anak ketimbang hanya sekedar nasehat atau kata-kata yang kita suarakan ke telinga mereka.

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Tipe Kepribadian Anak

Posted by Unknown 1 comments
Untuk dapat memberikan pendekatan yang tepat ke setiap anak, orangtua dan pendidik perlu mengetahui tipe-tipe kepribadian anak. Kepribadian ialah bagian dari diri manusia yang sangat unik dimana kita memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk merespon segala sesuatu. Dengan memahami kepribadian anak berarti kita telah menyingkat waktu kita untuk menebak-nebak, berusaha mengerti dan memahami anak kita. Kepribadian dibagi menjadi empat tipe besar, yaitu : Korelis, Sanguinis, Phlegmatis dan Melankolis.

Korelis
Korelis mewakili tipe kepribadian yang tegas dan kemudian cenderung untuk memimpin. Ciri-cirinya "to the point". Dia ingin segala sesuatunya cepat dan dilakukan saat itu juga, bisa menjadi terlalu dominan serta mengatur, mengontrol, sehingga orang lain bisa tidak tahan. Karena dia ingin segala sesuatunya dilakukan dengan sangat cepat, dia bisa jadi lupa beberapa detail tentang hal penting yang harus dilakukan.
Seorang anak koleris, biasanya memiliki motivasi yang kuat dari dalam. Jika ingin mengarahkan mereka, tunjukkan keuntungan bagi anak jika mereka melakukan hal tersebut.

Sanguinis
Sanguinis ialah orang yang cerah, ceria, bisa mendengar suaranya jauh sebelum melihat orangnya.
Sanguinis ialah orang yang senang menjadi perhatian. Seorang anak sanguinis merupakan anak yang sangat senang sekali bermain dan berkumpul dengan banyak teman-temannya. Senang dangan aktivitas "outdoor" atau kebersamaan yang menyenangkan. Untuk mengarahkan dia, tunjukkan betapa menyenangkannya kegiatan yang akan dilakukan.

Melankolis
Melankolis ialah seorang yang rapi, biasanya tulisannya rapi, lengkap, dan detai. Ciri-ciri anak melankolis yang sangar tampak adalah anak ini sangat teratur dan rapi. Seringkali secara akademis anak melankolis adalah anak yang cerdas dan pandai. Anak melankolis sangat suka "mengontrol" semuanya sendiri. Terkadang menentukan pakaian yang akan dipakainya, makan apa sore ini, dan sebagainya. Mereka terkadang suka mengingatkan kita, jika keluar kamar lampu dimatikan, TV atau laptop dimatikan.

Phlegmatis
Phlegmatis adalah kepribadian yang suka melakukan segala sesuatu berdasarkan urutan yang telah diberikan. Phlegmatis sangat setia dan bisa dipercaya untuk memegang rahasia. Anak Phlegmatis lebih suka menghindari konflik dan seringkali merelakan peralatan tulisnya untuk dipinjam serta tak jarang terkadang merasa tidak enak untuk memintanya.

Tipe Koleris dan tipe Sanguinis adalah tipe yang Extrovert, tipe yang terbuka kepada orang. Sebaliknya, tipe Melankolis dan tipe Phlegmatis adalah tipe kepribadian yang Introvert, tipe tertutup.
Satu hal yang perlu kita ketahui adalah tidak ada tipe kepribadian yang lebih baik dari pada tipe yang
lainnya. Kita semua mempunyai kadar dari keempat tipologi kepribadian ini. Di dalam diri kita ada unsur melankolis, ada unsur Phlegmatis, ada unsur koleris, dan ada unsur sanguinis-nya. Hanya saja di bagian mana kita dominan dan itu yang membentuk kita, itu yang membedakan kita dari lainnya.
Dengan mencari tahu tipe kepribadian anak, maka berarti kita membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak, mengetahui kekuatan, kelemahan serta bagaimana mengarahkannya.

Semoga Bermanfaat
 

Baca Selengkapnya ....

Keteladanan

Posted by Unknown Saturday, October 5, 2013 1 comments
Hadirnya Hari Raya Idul Adha tidak pernah bisa dilepas dari sejarah perjalanan dan keteladanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dua generasi, orangtua dan anak ini mampu bersinergi di dalam menjalankan ketaatan untuk menghambakan diri kepada Allah sepenuh hati. Hal ini ditunjukkan pada saat menghadapi perintah Allah yang cukup berat.
Perintah itu telah diabadikan Allah di dalam surat as-Shaffat ayat 102,"Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi dalam tidurku, bahwa aku menyembelih engkau, maka perhatikanlah bagaimana pendapatmu?" Anaknya menjawab, "Wahai ayahku, kerjakan apa yang diperintahkan Allah, ayah akan mendapati bahwa aku berhati sabar, insya Allah"
Dialog di atas merupakan cermin ketulusan dan keluhuran pribadi yang menjadi teladan dari dua generasi. Generasi tua yang ditunjukkan oleh seorang ayah yang bijaksana, Nabi Ibrahim as, dan generasi muda yang ditunjukkan oleh seorang anak yang memiliki kepatuhan , Nabi Ismail as.
Sebuah keteladanan yang saat ini hampir sulit ditemui di dalam keluarga, adalah membangun komitmen ketaatan. Ini tidak lepas dari pengaruh lingkungan yang memang menjauhkan manusia untuk mendekat kepada Allah, terutama dalam membimbing putra-putri tercinta. Selain itu, kesibukan tentang mengejar dunia, sering kali lupa tugas utama sebagai hamba Allah untuk senantiasa mengabdi kepadaNya.
Berapa kali kita lalui Idul Adha dan berapa kali kita merenungi hikmah di balik kisah yang penuh makna ini. Lalu bagaimana kualitas hidup saat ini? Terutama dalam membangun keluarga yang senantiasa memiliki komitmen untuk taat kepadaNya. Apakah kehidupan kita meningkat, tetap seperti sebelumnya,atau justru kualitas iman semakin menurun?
Sudah saatnya kita berguru pada nilai-nilai yang terkandung dalam peringatan Hari Raya Idul Adha. Perilaku kesabaran dan kesadaran dalam berkorban untuk memenuhi panggilan Allah. Kegiatan ini bukan sekedar simbol formalitas, tetapi wujud pengorbanan yang tulus ikhlas sebagai bentuk ketaatan untuk menghambakan diri padaNYa.
Ikhlas memang kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan dengan baik. Namun demikian perlu untuk tetap diusahakan, karena bagaimana pun juga ikhlas menjadi penentu dalam setiap perilaku. Ikhlas tumbuh dari sebuah niat, karena niat sebagai pengikat amal manusia. Ketika niat sudah salah, maka hasilnya akan bermasalah.
Seorang ulama, Sufyan ats-Tsauri pernah berkata,"Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niat, karena begitu seringnya niat itu berubah-ubah." Ini artinya, kita bisa tetap waspada terhadap niat kita. Begitu ada perubahan niat yang mengarah pada hal-hal yang kurang baik, maka segeralah untuk diluruskan.
Kembali pada persoalan sinerginya dua generasi, generasi tua dan generasi muda. Ismail sebagai wakil generasi muda menjadi sosok manusia yang memiliki kepatuhan terhadap orangtua. Ini tidak lain dikarenakan orangtua yang bisa menjadi teladan. Ibrahim yang mewakili generasi tua begitu dekat dengan Allah. Meskipun beliau memiliki kekuasaan untuk melakukan apa saja yang ia mau, termasuk untuk menyembelih putranya, tetapi dengan bahasa yang santun hal itu disampaikan kepada putranya. Lebih-lebih, kedua orangtuanya begitu dekat dengan Allah.
Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as adalah sosok perempuan yang dekat dengan Allah SWT dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap putranya. Saat Ismail kecil kehausan ditengah padang pasir, Siti Hajar berlari mencari air minum dari bukit Sofa ke bukit Marwah berulang-ulang. Namun usaha itu tidak ditemui hingga akhirnya dari kaki Ismail keluarlah mata air yang jernih. Itulah air zam-zam yang menjadi oleh-oleh bagi jemaah haji hingga saat ini. Kejadian itu semua diabadikan dalam rangkaian kegiatan Haji di Tanah Suci. 
Anak adalah rantai generasi yang akan melanjutkan agenda orangtua. Jika kemuliaan tidak dibangun dan dicontohkan oleh orangtua kepada anak, lalu ke mana anak harus belajar tentang kebenaran. Justru dari orangtualah anak akan bisa mengabdikan kebenaran itu. Boleh jadi anak tidak taat kepada orangtua, tetapi percayalah bahwa anak akan selalu mengikuti perilaku orangtua. Jika orangtua bisa memberikan keteladanan, memberikan contoh-contoh perilaku yang mulia, maka anak akan mengikutinya. Sebaliknya, ketika nilai-nilai kemuliaan mulai ditinggal, bersamaan itu pula anak akan menjauh dari nilai-nilai kemuliaan.
Pendidikan anak menjadi persoalan yang perlu diseriusi. Perilaku anak cermin dari pendidikan yang dibangun oleh orangtua, baik yang ada di rumah maupun pendidikan di sekolah. Pendidikan di rumah menjadi tanggung jawab orangtua. Perilaku orangtualah yang banyak mewarnai perilaku anak. Sedangkan di sekolah, guru memegang peranan yang sangat strategis dalam membentuk perilaku anak. Anak yang sejak lahir memiliki kecenderungan berperilaku baik perlu dikawal dengan baik pula. Tentunya keteladanan sebagai kata kunci. Dengan demikian, kita akan melahirkan generasi seperti Nabi Ibrahim as yang melahirkan generasi Ismail as yang sama-sama memiliki komitmen ketaatan dalam mengabdikan diri kepada Allah dengan sepenuh hati.
Momen Idul Adha perlu dijadikan pelajaran yang berharga. Khususnya bagi umat Islam dalam membangun generasi Islami. Generasi yang akan mewarisi semua agenda dalam membangun negara yang tercinta ini agar menjadi negara penuh wibawa dengan landasan nila-nilai kebenaran yang bersumber pada kitab suci. Amin.

 Semoga Bermanfaat   

Baca Selengkapnya ....

Kemerdekaan

Posted by Unknown Monday, September 30, 2013 1 comments
Ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya,"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kamu, dan jadikan oleh-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepada kamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain." (QS. Al-Maidah(5):20).
Kemerdekaan adalah anugerah Allah kepada setiap pribadi. Ketika salah seorang anak Gubernur Mesir menampar seorang rakyat jelata yang kemudian pergi mengadu kepada Umar bin Khatab, sang khalifah  itu mengencam gubernurnya sambil berkata "sejak kapan kalian memperbudak manusia, pada hal ibu mereka melahirkan mereka sebagai orang-orang merdeka."
Kemerdekaan bagi seseorang atau satu bangsa adalah kepemilikan wewenang dan kemampuan pengaturan, terhadap diri sebagai individu dan terhadap kelompok sebagai kesatuan masyarakat bangsa. Tapi bukan hanya itu! Abu Daud meriwayatkan sabda Nabi SAW yang melukiskan seorang merdeka sebagai "Siapa yang memiliki rumah, dan pembantu". Tentu saja makna kata 'pembantu' harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Kini ia dapat berarti alat-alat yang membantu/mempermudah seseorang memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian kemerdekaan bukan sekedar wewenang dan kemampuan pengaturan, tetapi juga kesejahteraan hidup. Kemerdekaan sering dipersamakan dengan kebebasan, yakni kebebasan dari penjajahan lahir dan batin, bukan kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak mustahil bagi manusia, karena ini berarti mengingkari hukum, tujuan, keinginan atau ide. Itu mustahil karena keadaan demikian, menjadikan manusia keluar dari hakikat kemanusiannya. Mereka yang menghendaki kehidupan sebebas mungkin, dan melepaskan diri dari ikatan apa pun, pasti hidupnya pun dilandasi oleh keyakinan/ide tertentu. Usahanya itu menunjukkan bahwa ia pada hakikatnya, suka atau tidak suka, menerima wewenang pengaturan yang bersumber dari keyakinan atau ide yang ada dalam benaknya. Ini berarti ia tidak bebas secara mutlak. Ia dimiliki/diatur oleh sesuatu. Karena itulah maka kebebasan mutlak tak mungkin wujud, dengan kata lain harus ada pembatasan antara lain hukum yang perlu dipatuhi. Apalagi manusia adalah makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan pihak lain. Memang semakin sedikit kebutuhan kepada pihak lain, perorangan atau kelompok, semakin tinggi kualitas kemerdekaan.
Pribadi merdeka menurut Al-Ghazali adalah yang tidak membutuhkan kecuali Allah, dan dalam saat yang sama dia menguasai kerajaannya yakni 'bala tentara dan rakyat' yang dimilikinya tunduk dan taat kepadanya. Kerajaan setiap individu adalah kalbu dan wadah kalbunya. Bala tentaranya adalah syahwat, amarah dan nafsunya. Rakyatnya adalah lidah, mata,tangan, dan seluruh anggota badannya. Bila semua itu tidak dikuasai dan tidak menguasainya, menaatinya dan bukan dia taat kepadanya, maka ketika itu ia telah mencapai tingkat kemerdekaan di alamnya.
Ketika salah seorang penguasa berkata kepada seorang arif, "Mintalah apa yang engkau butuhkan." Sang arif menjawab,"Apakah kepadaku engkau berkata demikian, pada hal aku mempunyai dua orang hamba yang keduanya adalah tuanmu?" "Siapa mereka?" tanya sang penguasa."Mereka adalah ketamakam dan hawa nafsu. Keduanya telah kukalahkan namun keduanya mengalahkanmu, keduanya pula telah kukuasai tetapi keduanya menguasaimu."
Demikan juga lebih kurang halnya dengan satu bangsa. Ia harus mandiri, menguasai, dan mengatur wilayahnya, serta tidak memiliki banyak ketergantungan kepada selainnya. Masyarakatnya pun tunduk pada hukum dan peraturan. Itulah makna kemerdekaan sejati.

  Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Kerendahan Hati

Posted by Unknown Saturday, September 14, 2013 2 comments
Kerendahan hati ialah sifat yang dapat membebaskan seorang dari ikatan kedudukan atau martabat yang tinggi, dan membawanya ke tingkat yang sejajar dengan orang lain. Kerendahan hati ialah anggapan seseorang bahwa dirinya tidak ada kelebihannya, dibanding dengan yang lain karena kedudukan yang ada padanya. Abu Zaid berkata: bila seseorang masih beranggapan, ada manusia lain yang lebih buruk daripadanya, maka ia adalah orang yang sombong. Ketika ditanya, bilakah seorang itu dapat dinilai sebagai orang yang rendah hati? Maka jawabnya:"Kalau ia sudah tidak lagi memandang tinggi ucapan dan kedudukannya".
Al Hikam mengatakan:"Bukanlah sekali-kali orang-orang rendah hati itu, yang menilai bahwa dirinya telah berbuat sesuatu melebihi yang lain, tapi rendah hati itu, yang beranggapan, bahwa apa yang dikerjakan olehnya itu masih serba kurang". Dan rendah hati itu, adakalanya, karena kesadaran dan keinsafan yang tumbuh dalam hati seseorang. Maka dengan hati nuraninya melihat dengan nyatanya akan keagungan dan kebesaran Tuhannya. Itulah sifat rendah yang hakiki, dan tiada yang mengatasi. Adakalanya pula, karena keinsafan seseorang akan kelemahan dan keapesan dirinya; yang pertama dapat memadamkan gejolak nafsu yang angkara murka dan menghapus egoisme, serta menjebol habis rasa bangga dan sombong dari hati seseorang, sedangkan yang kedua akan membawa seorang ke tingkat derajat yang mulia dan terpuji.
Dan kerendahan hati Nabi Muhammad SAW adalah teladan tertinggi dan sempurna, yang patut dicontoh dan diikuti. Albukhary meriwayatkan dari Umar bin Khattab, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:"Janganlah kalian memuji dan memujaku berlebih-lebihan seperti orang Nasrani berbuat terhadap Isa putra Maryam. Aku ini adalah hamba juga, maka katakanlah kepadaku, hamba Allah dan rasulnya". Bahwa Nabi Muhammad sebagai hamba dan Rasulullah itu, bukan berarti adanya persamaan beliau dengan yang lain dalam pengabdian dan darma baktinya kepada Tuhan, Sekali-kali bukan demikian. Karena beliau dalam hal ini, manusia yang paling sempurna dan itulah pula hakikat dari pada kesempurnaan insani.
Tatkala Allah menawarkan pilihan kepada Nabi Muhammad SAW apakah beliau ingin sebagai hamba dan nabinya, atau sebagai nabi dan raja (seperti Sulaiman) maka beliau memilih yang pertama, justru karena kerendahan hatinya. tentang ini, Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW dan tak lama turun malaikat yang sejak dijadikan Allah belum pernah turun ke bumi. Kemudian malaikat tadi berkata kepada Rasulullah:"Ya Muhammad, Tuhanmu mengutusku untuk menyampaikan pilihan kepadamu apakah engkau ingin dijadikan raja, ataukah hamba dan rasulnya, maka Nabi SAW menjawab tegas:"Aku adalah hamba dan rasul-Nya".
Contoh dari kerendahan hati Rasulullah, An Nasa'y meriwayatkan, Nabi SAW tidak segan-segan berjalan bersama janda tua atau orang miskin untuk menolongnya, menyampaikan keperluan dan hajatnya. Nabi SAW bila datang menjenguk orang sakit, duduk di dekat kepalanya menghibur hatinya, bertanya dengan lemah lembut dan kadang-kadang meletakkan tangannya di tempat yang terasa sakit, sambil berdoa: "Mudah-mudahan Allah lekas menyembuhkannya". Dalam riwayat yang lain, Anas berkata: Rasulullah SAW adalah yang paling dicintai oleh sahabatnya. Namun bila mereka melihatnya datang tidak satu pun yang bangun berdiri, karena yang demikian itu tidak disukai olehnya. Itu tidak lain karena kerendahan hati beliau dalam pergaulan bersama. Sedangkan berdiri tegak dengan khusyuknya hanya untuk Tuhan Rabbul 'Aalamin.
Imam Ahmad at Tirmidz dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW bersabda:"Seandainya aku diberi oleh seseorang kaki kambing, aku akan menerimanya, atau aku diundang untuk memakannya, aku pun tidak menolak". Dalam rumah tangga kerendahan hati Rasulullah pun terlihat, Aisyah istrinya berkata: Dalam rumah tangga Rasulullah SAW seperti manusia lainnya, beliau menjahit atau menambal bajunya sendiri. Memeras susu kambingnya dan menyiapkan sendiri segala apa yang diperlukan sampai-sampai memperbaiki sandalnya yang rusak. Hadist ini dengan jelas menunjukkan betapa kerendahan hati beliau, sekaligus mencerminkan pandangan terhadap kemewahan hidup yang baginya pribadi dinilainya sangat remeh dan sepele. Apa yang di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih abadi. Nabi tidak suka dipuji dan puja secara berlebih-lebihan yang bisa membawa kepada kesesatan seperti halnya orang-orang Nasrani terhadap Isa Bin Maryam. Nabi SAW selalu menyampaikan hajat dan keperluan siapa saja yang datang kepadanya baik laki-laki maupun perempuan. Serta memegang teguh rahasia  orang yang datang mengadukan kepada ihwalnya dan mencurahkan semua isi hatinya, di samping beliau sendiri menyembunyikan dan tidak pernah mengadukan kepada sahabat penderitaan, kekurangan, atau kebutuhan hidup diri dan keluarganya, sehingga menggadaikan kepada seorang Yahudi karena utang tiga puluh liter beras merah untuk keperluan rumah tangga.

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Shalawat

Posted by Unknown Friday, September 13, 2013 1 comments
Di antara kiat sukses adalah mengikuti dan meniru cara yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah sukses. Dengan begitu, Insya Allah kesuksesan juga akan bisa kita raih. Dalam hal shalawat, tidak tanggung -tanggung, yang kita contoh adalah Allah SWT dan para malaikat-Nya. (QS. Al-Ahzab (33):56).
Subhanallah, Jika kita mau bershalawat untuk Nabi SAW, maka kita telah meniru apa yang dilakukan Allah dan malaikat-Nya. Inilah pesona shalawat. Kesuksesan apa yang akan kita raih?
Allah yang Maha Kuasa, yang di tangan-Nya segala kesuksesan, keselamatan, kemuliaan, kehormatan, telah memerintahkan kita selaku hamba-Nya untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yakni manusia yang paling dicintai-Nya. Dan, masya Allah, Allah melakukan hal itu; bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Tabarakallah. Mahasuci Allah yang telah meninggikan nama Nabi Muhammad, sehingga tidak disebut La ilahaillallah, tanpa Muhammad Rasulullah. Allah "menyejajarkan","menyandingkan" nama-Nya yang Mahaagung dan Mahamulia, dengan nama Nabi Muhammad di dalam kalimat tauhid, kalimat syahadat.
Masya Allah, ingin menangis rasanya. Ya Rasulullah, izinkan kami (umatmu ini) bershalawat untukmu."Allahumma shalli wa sallim wa barik'ala Sayyidina Muhammad wa'alaalihi wa dzurriyyatihi, wa ashhabihi wa ummatihi."
Silahkan, mau pakai Sayidina, boleh. Nggak pakai, juga boleh. Tapi, sebaiknya pakai Sayyidina, sebagai bentuk penghormatan kita untuk membedakan menyebut namanya dengan manusia lain.
Sungguh, jika mau segala kemudahan dan kesuksesan, perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah SAW. Semakin rutin dan banyak jumlahnya, maka akan semakin baik. Dengan begitu, shalawat akan menjadi salah satu pakaian amal kita sehari-hari.
Banyak itu kira-kira minimal 100 kali dalam sehari. Kalau masalah yang dihadapi lagi berat, dan kebutuhan banyak, maka perbanyaklah lagi bershalawat. Kalau perlu hingga 1.000 kali dalam sehari atau lebih.
Jika yang demikian itu rutin kita lakukan, sering kita baca, misalnya 40 hari atau 100 hari tanpa putus, Insya Allah, segala kemudahan akan menyertai kita, Cobalah, Saudara tidak akan rugi.
Jika sudah merasa ada kemajuan, maka teruskanlah bershalawat dalam setiap kesempatan. Dan jika belum, teruslah mencoba dengan sepenuh keyakinan dalam menjalankan amalan yang juga dilakukan Allah dan malaikat-Nya ini.
Insya Allah, Saudara akan merasakan manfaatnya. Apalagi, jika kita juga melakukan amal-amal saleh dari amalan-amalan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW, niscaya shalawat itu akan lebih bermakna dan bertenaga.
Shalawat paling pendek, Shallallahu 'ala Muhammad. Dan di antara shalawat yang paling keren adalah shalawat yang dipakai dalam tahiyyat akhir saat shalat, yakni Shalawat Ibrahimiyyah.
Di situ, kita juga menyebut Nabi Ibrahim AS, sang kekasih Allah. Semoga kita yang hina ini, selalu di izinkan Allah SWT untuk beramal dengan amalan-Nya, yakni bershalawat. Amin..


Semoga Bermanfaat
  

Baca Selengkapnya ....

Sikap Rasulullah SAW

Posted by Unknown Thursday, September 12, 2013 1 comments
Dalam sejarahnya, Rasulullah SAW diceritakan memiliki kedekatan hubungan dengan fakir miskin, termasuk anak-anak yatim. Bahkan, ketika masuk sebuah pertemuan, Rasulullah SAW memilih duduk dalam kelompok orang-orang miskn.
Rasulullah bersabda,"Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah akan mendandani atau menghiasinya pada hari kiamat. Allah mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barang siapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga."
Suatu ketika, pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW seperti biasanya berkunjung ke rumah-rumah warga. Dalam kunjunganya itu, beliau melihat semua orang bahagia. Anak-anak bermain dengan mengenakan pakaian hari raya. Namun, tiba-tiba pandangan Rasulullah SAW tertuju pada seorang anak kecil yang sedang duduk bersedih.
Anak kecil ini memakai pakaian yang lusuh dan penuh tambalan, serta memakai sepatu yang telah rusak. Rasulullah SAW lantas bergegas menghampirinya. Melihat kedatangan Rasulullah SAW, anak kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya di atas kepala anak kecil itu dan dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya, "Anakku, mengapa kamu menangis?Hari ini adalah hari raya bukan?"
Anak itu menjawab,"Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakan bersama orangtuanya dengan bahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah. Ia bertarung bersama Rasulullah bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?" 
Mendengar cerita itu, seketika hati Rasulullah SAW diliputi kesedihan. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala anak kecil dan berkata,"Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?"
Anak kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat dihadapannya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya dapat mengangukkan kepalanya sebagai tanda menerima tawaran Rasulullah SAW, Kemudian, anak kecil itu bergandengan tangan dengan beliau menuju ke rumah.
Sesampainya di rmah, wajah dan kedua tangan anak kecil itu lalu dibersihkan. Ia kemudian diberi pakaian yang indah dan makanan, serta uang. Lalu ia diantar keluar agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Sikap Rasulullah SAW ini menunjukkan Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial.


Semoga Bermanfaat
   

Baca Selengkapnya ....

Bersaing Sehat

Posted by Unknown Sunday, September 8, 2013 1 comments
Memenangkan persaingan dalam satu tim dengan menghalalkan segala cara akan merugikan saudara. Boleh jadi saudara memenangkan persaingan, namun saudara akan kehilangan teman. Persaingan adalah fitrah manusia, namun saat bersaing dalam tim, bersainglah dengan cara sehat dan saling melengkapi (completing).
Percayalah, setiap orang punya potensi, talenta dan kelebihan yang berbeda. Saudara akan semakin kuat, justru saat saudara mendukung rekan satu tim saudara untuk mengasuh telentanya. Bahkan, apabila rekan satu tim saudara tak tahu kelebihan yang mereka miliki sedangkan saudara tahu, maka beritahukanlah.
Bersaing dengan cara menjatuhkan rekan satu tim atau satu profesi justru akan menjatuhkan saudara. Bukan hanya itu, saudara akan kehilangan banyak teman baik. Persaingan itu perlu, tapi bersainglah secara sehat. Coba renungkan, berapa banyak rekor dunia olah raga renang yang tercipta apabila seorang perenang berenang sendirian?
Persaingan sehat itu alat untuk menilai saudara. Sebagian besar saudara mungkin sudah punya resolusi tahunan dan target bulanan. Tetapi bagaimana jika saudara ingin tahu tentang kemajuan saudara hari ini? Bagaimana saudara mengukurnya? 
Boleh jadi saudara bangga karena target saudara tercapai. Tetapi jangan-jangan target saudara yang terlalu rendah. Maka cara yang terbaik adalah membandingkan apa yang dilakukan orang lain di lini pekerjaan yang sama. Apakah saudara lebih baik, tertinggal atau rata-rata?
Persaingan sehat itu juga meningkatkan persahabatan. Salah satu contohnya Sekolah Akademi Keperawatan yang berupaya keras melahirkan perawat-perawat yang berkarakter. Para Alumni atau sesama alumni Akademi Keperawatan tentu juga bersaing. Tetapi persaingan itu malah membuat persahabatan semakin menguat, bahkan saling melengkapi satu dengan yang lain. Muncul pula kolaborasi-kolaburasi baru yang tidak terduga sebelumnya.
Saya yakin, setiap saudara pasti ingin menang dan menjadi yang terbaik di bidang yang saudara tekuni. Namun satu hal yang harus saudara pastikan, bahwa saudara memenangkan persaingan bukan dengan cara menjatuhkan dan merendahkan orang lain.
Yakinlah, bila saudara membantu anggota tim atau teman seprofesi saudara mengeluarkan talenta terbaiknya, itu akan mempercepat kemenangan saudara. Saudara menang dan punya banyak teman, nikmat kan?


     Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Perbuatan

Posted by Unknown Thursday, September 5, 2013 1 comments
Kita tahu dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang diturunkan ke bumi untuk mengajar umat manusia, bagaimana menjadi orang yang selamat di dunia dan di akhirat. Cara mengajar Rasulullah itu, yaitu dengan keteladananyang mudah dicontoh oleh umatnya. Seandainya Rasulullah hanya memerintahkan dan menyuruh saja, pastilah umat akan kebingungan untuk mengamalkannya. Karena itu, oleh Allah kerasulan Nabi Muhammad SAW itu disempurnakan dengan sikap "Uswah Hasanah,"yaitu teladan dalam kebaikan. Karena pribadi Rasulullah adalah teladan kebaikan, maka umat tinggal meniru saja. Maka, kita semua yang beragama Islam dalam melakukan syariat agama tidak lain adalah mencontoh Rasulullah SAW. Selain keteladanan, Rasulullah disempurnakan lagi oleh Allah dengan kefasihan lisan yang dalam bicara dan menerangkan sesuatu mudah dimengerti dan jelas.

Dalam tubuh manusia paling tidak ada beberapa unsur, yaitu fikiran yang bisa dikembangkan untuk memperluas wawasan dalam membedakan yang benar dengan yang salah, yang berguna dengan yang sia-sia, serta wawasan keilmuan lainnya. Kemudian ada kalbu, untuk merasakan cinta kasih sayang sesama manusia, serta merasakan keindahan semua yang kita lihat dan kita alami di dunia ini. Rasa cinta kasih dan keindahan itulah yang bisa kita gunakan untuk menciptakan atmosfer damai dan rukun di dunia ini. Kelembutan jiwa yang dekat dengan Allah akan mudah untuk merasakan nikmat dan bahagia.

Jika yang benar dan yang indah telah menyatu, tinggal semangat untuk dipacu dalam kccenderungan jiwa untuk menuju kebaikan dan kebenaran. Inilah hidup yang bermakna dan bernilai.
Jika wawasan keindahan minus, kasih sayang dan keindahan juga minus, semangat untuk menuju kebaikan dan kebenaran sudah tidak ada, apa bedanya hidup ini dengan binatang. Sebagai makhluk yang mulia dengan akal pikiran yang sehat, setiap manusia punya tugas untuk menjaga jiwanya untuk tetap stabil agar bisa istiqomah untuk selalu menempuh jalan"Shiratul Mustaqim," yaitu jalan "Sunnah"yang dicontohkan Rasulullah.
Unsur-unsur kebaikan yang disebutkan di atas itu sebenarnya sudah terdapat dalam agama Islam yang mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk saling mencintai dengan kasih sayang yang utuh, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad,"Tidak beriman seseorang kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri."

Manusia adalah makhluk yang termulia di dunia ini. Tidak ada makhluk lain selain manusia yang punya kemampuan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti manusia. Namun capaian dan prestasi kemajuan teknologi yang hebat dan canggih, ada nilai ukuran bagi kemuliaan manusia itu, yaitu kemampuan dalam menghargai manusia dan kemanusiaan. Artinya kemajuan yang luar biasa itu tidak boleh menyakiti da merugikan manusia lain. Jika melukai hati dan merugikan manusia, maka kemajuan yang canggih itu menjadi tidak ada artinya. Melukai, merugikan, menipu dan menindas orang lain itu bentuk akhlak yang rendah yang identik dengan kebinatangan. Manusia yang bertindak kejam, berarti telah merendahkan dirinya sendiri.
Diturunkannya perintah puasa kepada umat Islam agar manusia itu bisa menjaga kemanusiaannya dengan akal yang sehatnya dan tetap hidup dengan perangai mulia sesuai dengan aturan-aturan Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dengan puasa manusia harus membersihkan dirinya dengan perangai-perangai tercela (nafsu batiniyah/kebinatangan). Puasa adalah untuk membangun kesadaran kemanusiaan yang utuh serta kesadaran kemakhlukan yang menyadari bahwa dirinya akan mulia kalau berakhlak dengan kemanusiaan serta mematuhi Dzat Maha Agung yang menciptakan langit dan bumi. Inilah derajat ketaqwaan yang dikehendaki Allah.
Untuk mengukur derajat ketaqwaan dan kemuliaan itu ialah dengan mempelajari tingkah laku/ajaran Nabi Muhammad SAW. Kalau hidup ini jauh berbeda dengan yang diteladankan Rasulullah, berarti jauh pula diri ini dari ketaqwaan dan kemuliaan. Jika seseorang berhasil melakukan apa yang dicontohkan Rasulullah berarti orang itu sudah berada dalam pangkat taqwa dan mulia.
Dengan demikian iman itu harus dibuktikan dengan perbuatan. Dalam salah satu hadist Rasulullah bersabda: Yang disebut iman itu bukan berangan-angan. Tetapi iman itu ialah sesuatu yang disimpan dalam hati dan (harus) dibuktikan dengan perbuatan.

Taqwa ialah mengutamakan berbuat yang baik dan benar, bukan hanya berkhayal-khayal yang tidak ada bukti perbuatan. Orang tidak perlu berkhayal masuk surga, tapi kalau perbuatan dan tingkah lakunya sesuai dengan ajaran dan keteladanan Rasulullah, Insya Allah akan meraup "Ridha" Allah. Islam adalah agama amal. Selembar uang yang disedekahkan kepada orang miskin tak akan hilang percuma. Uang itu nanti di akhirat akan menjemput yang menyedekahkannya dalam bentuk yang sangat indah. Insya Allah.


Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Barokah Keluarga

Posted by Unknown 1 comments
Bukan harta yang menyebabkan duka atau bahagia, tetapi jiwa kita. Bukan sempat yang menyebabkan kita mampu menjalin hubungan yang lebh erat dengan istri atau suami kita,tetapi selarasnya kondisi ruhiyah kita. Sebab sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah SAW, ruh itu seperti pasukan. Mereka akan mudah bersatu dan cenderung mendekat dengan yang serupa. Sebaliknya akan mudah berselisih, meski senyum masih mengembang di wajah mereka. Hati gelisah, jiwa resah, ketenangan tak lagi kita rasakan dan pelahan-pelahan kita mulai mengalami kehampaan jiwa. Ketika itu terjadi, banyak hal yang tak terduga yang bisa muncul. Kita bisa mencari "jalan keluar" yang justru semakin menjauhkan satu sama lain, meski masih tinggal serumah, masih sama-sama aktif di kegiatan dakwah yang sama.

Maka ada yang perlu kita perhatikan. Bukan hanya bagaimana cara berkomunikasi efektif antara suami-isteri; bukan pula semata soal bagaimana kita memberi perintah yang menggugah kepada anak-anak kita. Lebih dai itu, ada yang perlu kita periksa, adakah ruh kita saling bersesuaian satu sama lain ataukah jusru sebaliknya saling berseberangan. Boleh jadi kita bertekun-tekun dan saling melakukan kegiatan yang sama-sama penuh kebaikan, tetapi niat yang mengantarkan dan mengiringi berbeda, maka yang kita dapatkan pun akan berbeda, maka yang kita dapatkan pun akan berbeda. Sesungguhnya tiap-tiap kiata akan memperoleh sesuatu niat yang menggerakkan kita melakukan sesuatu. Sama kegiatan yang kita lakukan, beda niat yang senantiasa menyertai, akan membawa kondisi ruhiyah kita pada keadaan yang berbeda. Itu sebabnya, meski sama-sama bertekun dengan kebaikan yang sama, keduanya dapat menuju tataran ruhiyah yang berbeda atau bahkan saling berseberangan.

Sesungguhnya tiap amal atau ibadah yang kita kerjakan, meski cara sama-sama benar sesuai yang digariskan, niat melakukannya dapat termasuk :

1. Ikhlas karena Allah dan hanya berharap ridha Allah.
2. Ikhlas karena Allah, tap tujuannya dunia (syirik niat).
3. Tidak ikhlas.
    - Riya' dan tidak mencari dunia.
    - Riya' dan mengharap dunia dari amalnya.
4. Tidak karena Allah, tidak untuk akhirat, tidak pula untuk dunia.

Hanya niat ikhlas karena Allah SWT dan akhir tujuannya yang dapat menjadikan hidup kita serta keluarga kita penuh barokah.
Maka agar rumah-tangga berlimpah barokah, suami-istri perlu saling mengingatkan untuk senantiasa meluruskan niat dan menjaga amalnya dari cara-cara yang bertentangan dengan tuntunan dienul Islam.  Inilah yang perlu kita renungi. Inilah yang perlu kita telisik dalam diri kita dan keluarga kita. Jika apa yang sepatutnya kita kerjakan telah kita penuhi, jika komunikasi sudah kita jalin dengan baik, tetapi hati kita gersang meski tak ada perselisihan, maka inilah saatnya kita menelisik niat dan menjalani kehidupan rumah-tangga.

Mari kita ingat sejenak ketika Allah SWT berfirman: Katakanlah:"Sesungguhnya sholat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikan itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."(QS. Al-An'aam,6:162-163).

Tidak mungkin hidup kita-termasuk keluarga kita-hanya untuk Allah SWT jika sholat dan ibadah kita saja bukan untuk Allah SWT. Sesudahnya, kita perlu periksa rezeki yang kita dapatkan, adakah ia penuh barokah atau justru sebaliknya tak ada barokah sedikit pun di dalamnya? Atas setiap rezeki yang barokah, bertambahnya membawa kebaikan yang semakin besar dan berkurangnya tidak menciutkan kebaikan. Mungkin mata kita melihatnya berat, tapi ada ketenangan dan kebahagiaan pada diri mereka, meski mereka nyaris tak pernah bersenang-senang. Sebaliknya jika rezeki tak barokah, bertambahnya semakin menjauhkan hati mereka satu sama lain. Sedangkan berkurangnya membawa hati kita saling bertikai, meski tak ada pertengkaran, atau sekurang-kurangnya menyebabkan terjauhkan dari kebaikan.


Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Jangan Salahkan Anak

Posted by Unknown 1 comments

Ironis. Mungkin kata inilah yang pantas diucapkan saat kita menyaksikan semakin meningkatnya kasus-kasus kriminal yang melibatkan anak-anak berusia dibawah umur. Mulai dari kasus pencabulan, pelecehan, pemerkosaan, bahkan sampai berujung pembunuhan dengan korban anak-anak. Belum lain kasus-kasus kejahatan seksual yang pelakunya justru anak-anak dan remaja.
Hal ini sejalan dengan perkembangan kasus kejahatan di Indonesia saat ini yang menonjol merupakan kasus kekerasan seksual pada ana. Yang mengkhawatirkan dan membuat miris adalah mengapa tingginya angka kekerasan seksual ini tidak menimbulkan reaksi masyarakat?
Coba bandingkan reaksi masyarakat terhadap kekerasan seksual di India, yang dalam budayanyamasih mendiskriminasi kam perempuan saja, masyarakatnya bisa tergugah dan bergerak untuk menggugat bahkan menekan pemerintah untuk melindungi kaum perempuan dan anak-anak.
Kasus pemerkosaan seorang mahasiswi yang berujung kematian sang korban membuat masyarakat India turun ke jalan menuntut keadilan dan perlindungan bagi kaum perempuan dan anak-anak. Bagaimana dengan negeri ini? Jangan sampai masyarakat menjadi "mati rasa" dan menganggap berbagai pemberitaan mengenai kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak-anak hanya sebagai berita saja.
Semestinya, media punya peran lebih aktif dan signifikan dalam masyarakat daripada sekedar hanya pemberitaan saja. Media dalam pemberitaan sebaiknya tidak hanya memosisikan pelaku (anak-anak remaja) sebagai pihak yang harus diadili secara hukum dan moral sendirian.
Namun media juga perlu mengkritisi peran orangtua para pelaku sebagai pengasuh utama anak-anak mereka. Apa saja yang sudah dilakukan orangtua-orangtua ini hingga anaknya bisa mencuri, melecehkan, kecanduan, pornografi, kecanduan narkoba, memerkosa, bahkan membunuh orang lain?

Fenomena menyedihkan yang terjadi saat ini akibat beberapa hal, yaitu :
  1. Para orangtua tidak siap dan tidak pandai dalam mengemban amanah sebagai orangtua. Masih banyak orangtua yang enggan, bahkan cenderung kurang peduli dalam membangun komunikasi yang baik dan menyenangkan dengan anak-anak mereka. Yang terjadi akhirnya, anak mencari perhatian dan kenyamanan diluar rumah.
  2. Kurangnya peran ayah dalam pengasuhan dirumah, Kenakalan anak-anak dan remaja yang terjadi di masyarakat kebanyakan dilakukan oleh anak laki-laki, Mangapa? Karena anak laki-laki tidak mendapatkan role model atau teladan dari para ayah mereka dirumah. Anak laki-laki tidak dijadikan prioritas untuk dididik sebagai anak yang memiliki rasa tanggung jawab dan dididik sebagai orang yang kelak akan menjadi kepala orang tua.
  3. Kurangnya intropeksi para orangtua terhadap diri sendiri. Andai setiap orangtua mau sejenak merenung mengenai peran dan tanggungjawab serta mampu menganalisa kekurangan dirinya sendiri, tentulah komunikasi pengasuhan anak yang baik dan benar akan diutamakan menjadi prioritas.
  4. Kurangnya kesadaran dan pemahaman bahwa anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus kita besarkan, asuh, dan didik dengan benar serta baik sesuai agama maupun keyakinan kita masing-masing. Dan kelak, setiap orangtua harus mempetanggungjawabkan hal ini pada Sang Pencipta.       

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Peran Aktif Media yang bermanfaat

Posted by Unknown Monday, September 2, 2013 2 comments
Media sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini, terutama media televisi, radio hingga media sosial. Bahkan, secara umum dari sekitar jutaan keluarga di Indonesia, hampir semua dapat dikatakan memiliki dan menjadi konsumen media (terutama televisi).
Seperti yang kita ketahui, industri penyiaran di Indoneia yang berkembang pesat membidik spetrum konsumen yang sangat luas. Hal ini terlihat dari hadirnya ratusan televisi swasta dan ribuan radio swasta di Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini kesadaran publik sebagai konsumen masih belum cukup baik dan belum seimbang dengan perkembangan media yang ada. Dan ironisnya lagi, anak-anak dan perempuan sebagai konsumen sekaligus menjadi korban dari program-program media. Hal ini terjadi tak lepas dari lemahnya pengawasan pemerintah terhadap media. berdasarkan survey dan berita zaman sekarang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang luar biasa tinggi pada kasus-kasus kekerasan seksual, pornografi, inses hingga pembunuhan. Kasus-kasus yang melibatkan anak-anak dibawah umur dan perempuan ini terjadi hampir merata diseluruh propinsi Indonesia.
Pemberitaan yang dilakukan meia saat peliputan kasus-kasus perkosaan, pelecehan seksual, mutilasi serta inses tersebut sangat mungkin di contoh dan ditiru oleh anak-anak maupun remaja. Apalagi jika pemberitaannya menggambarkan detil rekonstruksi bagaimana si pelaku melakukan kejahatan tersebut. Belum lagi tayangan program-program yang mengandung unsur pornografi dan kekerasan lainnya yang berpotensi merusak otak anak-anak dan remaja Indonesia.
Seorang anak yang mata dan otaknya sudah terkontaminasi oleh suguhan materi kekerasan dan pornografi berpotensi besar mengalami kerusakan otak. Kerusakan otak persisnya pada bagian Pre Frontal Crtex (PFC) mengakibatkan anak memiliki adiksi terhadap perilaku negatif, tidak bisa mengendalikan tingkah lakunya akibat dorongan kebutuhan hawa nafsunya meningkat, serta mencari cara untuk menyalurkannya tanpa mengerti konsekuensi yang ditimbulkan.
Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena PFC merupakan pengendali impuls-impuls syaraf pada otak. Antara lain sebagai pengendali hawa nafsu dan emosi, pusat pembuat perencanaan dan pembuat kebijakan. PFC merupakan direkturnya otak manusia. PFC pula yang membedakan antara manusia dengan hewan.
Untuk itu, dibutuhkan peran pemerintah dalam melakukan pengawasan atau kontrol yang cukup pada media. Karena dewasa ini ada begitu banyak program acara media (televisi khususnya) yang kurang bahkan tidak memiliki kualitas, manfaat dan nilai edukasi. Dari sekian banyak saluran televisi rata-rata hampir seluruh media memiliki program acara yang nyaris sama demi mengejar rating.
Dalam dunia media di Indonesia saat ini, pencapaian rating masih menjadi tolak ukur utama kesuksesan sebuah program acara, bukan karena kualitas program tersebut. Produk-produk televisi yang dibuat dengan tergesa-gesa tanpa memperhitungkan kualitas, nilai-nilai juga dampak buruk yang akan ditimbulkan, sesungguhnya adalah produk yang amat membahayakan dan merusak generasi muda Indonesia karena tidak mempertimbangkan kelas usia dan kelas sosial konsumennya.
Untuk mengatasi berbagai masalah sosial dan mental pada masyarakat terutama anak-anak dan remaja, dibutuhkan kesadaran semua pihak untuk terlibat. Selain keluarga sebagai pengasuh yang membesarkan anak-anak secara benar, baik dan menyenangkan, sekolah sebagai tempat belajar yang memberi ruang untuk anak tumbuh optimal sesuai keunikannya masing-masing, media bisa mengambil peran aktif melalui informasi dan tayangan-tayangan acara yang berkualitas, mendidik, bermanfaat tanpa mengabaikan nilai-nilai yang kita yakini.


Semoga Bermanfaat      

Baca Selengkapnya ....

Pendidikan Bagi Muslimah

Posted by Unknown 1 comments
Secara garis besar, seorang muslimah memiliki tiga peranan penting dalam hidupnya. Yang pertama, sebagai hamba Allah SWT. Kedua, perannya sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anaknya. Dan yang ketiga, perannya didalam masyarakat. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi bahwa peran muslimah dalam kehidupan ini begitu penting.
Dalam menjalankan perannya tersebut, seorang muslimah harus memiliki ilmu pengetahuan agar dapat melaksanakannya dengan baik. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka ada berbagai cara. Salah satunya adalah dari pendidikan. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan dunia saja, melainkan juga pendidikan akhlak dan akhirat.
Bagi muslimah, pendidikan yang didapat merupakan bekal dalam menjalani dan menghadapi kehidupan ini. Setidaknya, seorang muslimah dapat memperbaiki dirinya sendiri, kemudian memberikan ilmunya kepada anaknya, keluarga, tetangganya serta masyarakat sekitar. Sehingga ilmu yang dimilikinya dapat bermanfaat untuk orang banyak.
Dalam hal ini, Aisyah ra. patut menjadi contoh dalam ilmu pengetahuan agamanya yang dalam. Aisyah ra. dididik oleh Rasulullah SAW sehingga membentuk pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT dan mengajarkan ajaran Islam kepada wanita luhur dan bertaqwa. 
Semangat Aisyah ra. dalam belajar dn memahami ilmu agama sudah terbukti. Bahkan, setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak sedikit para sahabat yang meminta keterangan tentang kebenaran sebuah hadits kepada Aisyah ra. Dalam kisah lain, para muslimah generasi terdahulu juga bersemangat dalam menuntut ilmu."Seorang wanita mendatangai Rasulullah SAW dan berkata,"Wahai Rasulullah!Kaum lelaki telah membawa haditsmu, maka jadikanlah kami satu harimu yang kami datang pada hari tersebut agar engkau mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu,"Maka beliau bersabda:"berkumpullah pada hari ini dan di tempat ini."Maka mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah SAW mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau".(HR Bukhori dan Muslim).
Berdasarkan kisah tersebut, maka hak dan kesempatan baik bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pendidikan adalah sama. Keduanya memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga dalam menjalankan hal tersebut dibutuhkan ilmu agar dapat terlaksana dengan baik.
Semoga para muslimah tidak pantang menyerah untuk terus menuntut ilmu, karena Allah SWT akan memuliakan kita serta mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya:"..Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. Al-Mujadilah:11).


Semoga Bermanfaat

  

Baca Selengkapnya ....

Manfaat Ilmu

Posted by Unknown 2 comments
Begitu banyak cara untuk menuju surga. Selain melaksanakan kewajiban sholat lima waktu, menunaikan zakat dan berpuasa, ada satu amalan yang tak kalah penting hingga Allah SWT akan memudahkan jalan menuju surga. Amalan tersebut yaitu menuntut ilmu. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW bahwa,"Barangsiapa menempuh suatu jalan mencari ilmu,niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."(HR Muslim).
Pada dasarnya, sebelum melakukan ibadah-ibadah tersebut, kita perlu memahami ilmu tersebut, mengamalkannya dan melaksanakannya.Misalnya, untuk melaksanakan sholat, maka sebelumnya kita harus berwudhu, bersih dari najis dan memahami tata cara sholat. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa ilmu memang sangat penting.
Sebagaimana kisah Nabi Sulaiman AS. Ketika diberi pilihan antara harta, tahta kerajaan dan ilmu, Nabi Sulaiman AS memilih untuk mendapatkan ilmu daripada harta dan kerajaan. Hingga dengan berbekal ilmu inilah, maka Nabi Sulaiman AS berhasil menjadi raja yang cerdas dan kaya raya atas izin Allah SWT.
Bercermin dari kisah tersebut, kita dapat mengetahui betapa besarnya manfaat ilmu dalam kehidupan ini. Saat menghadapi persoalan hidup, kita dapat mengetahui jalan yang benar dan yang salah. Begitu pula saat bersikap, kita dapat mengetahui sikap yang baik dan buruk. Dengan demikian, kita dapat mengetahui mana arah menuju surga dan neraka, sehingga kita dapat memilih untuk melangkah kearah kebaikan dan meraih kebahagiaan dunia akhirat.

Mengamalkan dan Mengajarkan
Amalan tanpa ilmu nerupakan hal yang sia-sia, sedangkan ilmu tanpa amal merupakan hal yang sangat disayangkan. Pada hakikatnya, ilmu dan amalan merupakan hal yang sama pentingnya. Hanya memiliki ilmu saja, masih belum cukup untuk membuktikan ketaatan kita kepada Allah SWT. Meskipun kita mengetahui tata cara sholat, zakat dan puasa namun kita tidak pernah melaksanakannya tentu saja kita tetap berdosa. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu mengamalkan ilmu dalam bertingkah laku, seperti bersikap baik, toleransi dan tolong menolong. Jadi, perlu disadari bahwa sesungguhnya keberhasilan dari menuntut ilmu yaitu dengan mengamalkan ilmu tersebut.
Bagi orang berilmu sudah jelas mana yang benar dan salah, namun untuk mengamalkan yang baik dan buruk merupakan suatu pilihan yang mengandung konsekuensi. Apabila kita tidak beramal dengan ilmu kebaikan yang ada pada diri kita, maka bagaimana di hari akhirat kelak?
Dalam Al-Qur'an surat  As-Sajdah ayat 12, Allah SWT : "Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya,(mereka berkata):"Ya Tuhan kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin."
Maka dari itu, perlu diingat bahwa kita harus menggunakan waktu di dunia ini sebaik mungkin dengan menuntut ilmu dan beramal baik dengan ilmu tersebut. Selain itu, alangkah baiknya jika kita juga dapat mengajarkan ilmu tersebut kepada anak-anak dan masyarakat sekitar, sehingga bermanfaat bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Bukhori:"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur'an dan mengajarkannya."(HR. Bukhori).

Manfaat Ilmu
Ada begitu banyak manfaat ilmu yang seringkali tidak kita sadari baik dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai bekal di akhirat nanti. Diantaranya yaitu :
  1. Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Beberapa derajat sesuai dengan amal baik yang pernah mereka lakukan. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah:11).
  2. Orang yang berilmu akan mendapatkan seluruh kebaikan. Dalam kehidupan ini, kita tidak pernah lepas dari ujian dan permasalahan. Namun, hanya orang berilmu yang dapat menyelesaikan dengan baik. Bahkan, dengan ilmu tersebut tak jarang orang berilmu mengajarkannya kepada orang lain sehingga ia mendapatkan kebaikan yang banyak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama."(HR. Bukhori dan Muslim).
  3. Mendapatkan pahala yang tak terputus. Saat ajal telah menjemput, kesempatan untuk memperbaiki semuanya sudah tertutup. Semua amal perbuatan dan pahala akan terputus, kecuali tiga hal. Salah satunya ilmu yang bermanfaat. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda."Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendo'akannya."(HR. Muslim). Demikianlah manfaat ilmu agar kita terus belajar dan mengamalkannya. Sesungguhnya tidak ada batasan usia untuk mencari ilmu, karena menuntut ilmu merupakan salah satu jalan menuju surga. Semoga ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat di dunia dan akhirat.

Semoga Bermanfaat

Baca Selengkapnya ....

Ikhlas

Posted by Unknown 1 comments
Ikhlas artinya kita berbuat dan melakukan apapun hanya dengan niat untuk meraih ridha Allah SWT, bukan untuk apapun dan bukan untuk siapapun. Ikhlas adalah kunci diterimanya ibadah dan bentuk-bentuk amal kebajikan. Meski besar nilainya di mata manusia, amal tersebut tidak ada artinya di mata Allah SWT bila tidak dibarengi dengan keikhlasan. Namun, sekecil apapun kebajikan itu di mata manusia, bila dibarengi dengan niat ikhlas, ia sangat besar nilainya dihadapan-Nya.
Perhatikan firman-firman-Nya di dalam Al Qur'an, semua menegaskan keikhlasan."Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,"(QS:Al-An'am (6):162).
Dalam QS Al-Bayinah (98) ayat 5, Allah SWT menegaskan bahwa umat-umat terdahulu (para ahlul kitab) juga diajarkan untuk berbuat ikhlas dalam buku-buku mereka. Mengapa? Karena, keikhlasan inti dari agama yang benar. Kepada Rasulullah SAW, Allah SWT menegaskan,"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an kepadamu (Muhammad) dengan kebenaran. Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih."(QS:Az-Zumar(39):2-3).
Hadits berikut ilustrasi mengerikan dalam perjalanan panjang di Hari Akhir bagi sosok-sosok alim dan yang tampak dalam tampilan fisiknya seperti manusia suci. Yakni yang pertama akan diadili dimahkamah Allah SWT adalah orang yang mati di jalan perang (syahid). Ketika ditanya, ia menjawab bahwa ia berperang sampai mati syahid. Dikatakan kepadanya,"Kamu bohong!Kamu berperang dengan niat supaya kamu dikatakan pemberani, dan orang-orang sudah menyebut itu." Apa yang terjadi? Ia pun diseret dan dimasukkan ke dalam api neraka.
Lalu kedua, ualam, pengajarAl-Qur'an, dan pencerah umat. Ketika ditanya, ia menjawab bahwa ia mencari ilmu dan mengajarkan Al-Qur'an. Lalu dikatakan kepadanya,"Kamu dusta! Kamu mencari dan mengajarkan ilmu dengan niat supaya dikatakan alim, dan orang-orang percaya itu," Apa yang terjadi? Ia pun diperlukan sama, diseret dan dicampakkan ke dalam neraka.
Dan yang ketiga, hartawan dan dermawan. Ketika ditanya, ke mana harta itu dipergunakan, ia menjawab bahwa ia telah menginfakkannya untuk umat. Lalu dikatakan kepadanya."Kamu pembohong!kamu lakukan itu dengan niat supaya disebut dermawan, dan orang-orang pun percayaitu." Lalu apa yang terjadi? Ia pun diperintahkan untuk dilempar ke dalam jurang neraka.
Ternyata banyak amal kebajikan, bahkan hingga menguras harta, berpeluh keringat dan darah, tapi kemudian sia-sia dan tak berbekas. Bahkan direspons dengan siksa neraka, oleh karena tidak disertai dengan ikhlas. Karenanya, mari kita tempatkan kebajikan kita dalam ruang suci bernama ikhlas. Jangan takut bila perbuatan kita tidak diketahui atau tidak dipuji orang. Karena pujian orang banyak tidak ada artinya bila Allah SWT menolaknya. Tapi, takutlah bila perbuatan kita ditolak Allah SWT karena tidak ikhlas.
Sebut sebuah hadits,"Seandainya seseorang di antara kalian melakukan suatu kebaikan di tengah padang sahara yang sangat sepi, dalam ruang tertutup tanpa pintu, amal itu suatu saat pasti akan ketahuan juga."


Semoga Bermanfaat


Baca Selengkapnya ....